Sabtu, 16 Januari 2010

Kebahagiaan : Sebab atau Akibat?

Melihat kebiasaan orang banyak, kebahagiaan seringkali menjadi tujuan hidup. Dengan kata lain, kita berusaha keras melakukan sesuatu agar bisa mendapatkan, atau setidaknya mencicipi, apa yang disebut sebagai kebahagiaan.

Contoh paling sederhana dan sering ditemukan adalah berpikir bahwa kekayaan akan membawa manusia pada kebahagiaan. Sekilas itu terasa rumus yang paling logis. Jika kita banyak uang dan bisa membeli apa saja yang diinginkan untuk sebuah kehidupan nyaman, tidakkah kita akan merasa bahagia?

Jurnal Science mengungkap fakta sebaliknya.

“Your next raise might buy you a more lavish vacation, a better car, or a few extra bedrooms, but it’s not likely to buy you much happiness. Measuring the quality of people’s daily lives via surveys, the results of a study reveals that income plays a rather insignificant role in day-to-day happiness. Although most people imagine that if they had more money they could do more fun things and perhaps be happier, the reality seems to be that those with higher incomes tend to be tenser, and spend less time on simple leisurely activities.“

Menjadikan kebahagiaan sebagai sebuah Akibat sepertinya akan membuat kita justru merasakan sebaliknya. Sama seperti banyak pria dan wanita yang ingin memiliki pacar/kekasih supaya mereka bisa merasa lebih bahagia. Secara logika, masuk akal. Tapi dalam realita, pola seperti itu adalah racun yang sangat merusak.

Saya berpendapat bahwa kebahagiaan selayaknya berada pada sisi Penyebab, sebagaimana apa yang disampaikan oleh hasil penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa orang yang berbahagia cenderung mendapatkan lebih banyak kesuksesan dalam hidup, karir, dan aspek finansial.

Misalnya, seseorang yang merasa bahagia pada usia 18 ternyata akan mencapai kebebasan finansial, peraihan karir yang lebih tinggi dan keleluasaan bekerja ketika menyentuh usia 26. Semakin seseorang menciptakan kebahagiaan di dalam dirinya, semakin besar kemungkinan dia menciptakan prestasi yang luar biasa di dunia kerja.

“But before we find yet another reason to be envious of very happy people (not only do they get to feel great, but they get to have good jobs and make more money as well!), consider what the research on happiness and work suggests. It suggests that, when it comes to work life, we can create our own so-called “upward spirals.” The more successful we are at our jobs, the higher income we make, and the better work environment we have, the happier we will be. This increased happiness will foster greater success, more money, and an improved work environment, which will further enhance happiness, and so on and so on and so on.“

Anda dan saya bertanggung jawab untuk menempatkan kebahagiaan sebagai penyebab segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, bukan sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar