Sabtu, 16 Januari 2010

Tubuh dan Mental yang Menyatu

“In fact, our bodies can provide us with valuable information in many cases (e.g., elevated heart rate and stomach butterflies when encountering a person informs us that we like that person). However, if people believe that their judgments are somehow being biased or influenced by their bodily actions and do not want this to occur, they may adjust their judgments in a direction opposite to the expected bias.“

Berikut adalah poin-poin penting yang saya sarikan tersebut:

1. Ketika kita menampilkan senyuman, kita akan merasa lebih bahagia dan melihat keadaan dengan lebih ringan, dibandingkan ketika kita menutup bibir dan cemberut.

2. Ketika kita menganggukan kepala, kita cenderung lebih menyukai sesuatu dibandingkan ketika kita menggelengkan kepala.

3. Kita cenderung menyetujui sebuah tawaran ketika menyimaknya sambil menganggukkan kepala dibandingkan sambil menggelengkan kepala.

4. Sekelompok partisipan memegang sebuah pulpen dengan gigi mereka (yang serupa ekspresi tersenyum), sementara kelompok lainnya memegang pulpen dengan bibir mereka (yang serupa ekspresi cemberut. Kedua kelompok melakukan hal tersebut sambil menonton sebuah film kartun yang sama dan setelah selesai ditanyakan tentang seberapa lucu tayangannya. Sekalipun sama sekali tidak mengerti maksud tujuan penelitian ataupun bahwa dua tindakan itu memberikan dua otot ekspresi yang berbeda, namun kelompok yang pertama cenderung menilai film kartun itu lebih lucu dibandingkan kelompok yang kedua.

5. Kita cenderung mengambil sebuah kesimpulan berdasarkan ritme tubuh, mis. lebih menyukai seseorang atau sebuah benda karena merasakan jantung yang berdebar-debar.

6. Dalam situasi romansa, pasangan yang sering bertukar pandangan saling menatap mata akan merasa lebih tertarik dan intim satu sama lain.

7. Para pencuci otak dalam sekte (atau agama, kelompok bisnis, ideologi yayasan) apapun biasanya akan melibatkan penempaan fisik tertentu pada calon kandidat mereka, seperti dibuat lapar (dalam ritual berpuasa), menggunakan obat-obatan, disiksa, mengganti segi penampilan fisik (pakaian, postur, gaya rambut), dsb. Hal-hal tersebut akan membuat pikiran kandidat mereka terbuka terhadap sugesti apapun yang ingin disampaikan oleh pemimpin sekte.

8. Ketika menghempaskan tubuhnya ke kursi atau sofa, seseorang cenderung merasakan atau terbayang akan penurunan dalam rasa harga diri ataupun kinerja penampilannya.

9. Menuliskan sebuah pernyataan dengan tangan yang dominan (biasa untuk menulis, biasanya kanan) akan membuat kita semakin percaya akan hal tersebut. Sebaliknya menulis pernyataan dengan tangan non dominan (tidak biasa untuk menulis, biasanya kiri) akan membuat kita sulit percaya atau menyakini apa yang kita tulis tersebut.

Saya sangat tertarik dengan poin yang terakhir di atas karena kita bisa langsung mempraktekkannya sekarang juga. Jika Anda berminat, ambil selembar kertas dan pulpen sekarang juga!

Tuliskan hal-hal positif yang Anda pikirkan tentang diri Anda dengan tangan kanan (atau tangan dominan), lalu tuliskan hal-hal negatif yang Anda pikirkan tentang diri Anda dengan tangan kiri (atau tangan non dominan).

Rasakan ‘racun’ itu mulai bekerja dan membuat Anda merasa lebih baik.

Mengaplikasikan entri tempo hari, ini manipulasi yang menyenangkan, bukan?

INTROVERT

Ketika mencoba googling, saya menemukan banyak info yang mengutip bahwa orang introvert menyentuh variasi rasio 25-40% dari populasi dunia. Itu artinya ada jauh lebih banyak orang yang berkepribadian ekstrovert. Sanford Cohn, seorang profesor di Arizona State University, juga menyimpulkan bahwa dunia ini lebih bersifat ekstrovert, dinilai dari begitu banyaknya pesan yang mendorong seseorang untuk memiliki keluwesan sosial agar dapat diterima oleh masyarakat.

Sesuai prinsip di atas dan menguji kemampuan analisis Anda, coba temukan sebanyak mungkin introvert dari 20 daftar acak nama tokoh publik berikut ini:

Warren Buffet, Clint Eastwood, George Lucas, Michele Pfeiffer, Steven Speilberg, Woody Allen, Tom Cruise, Julia Roberts, Meg Ryan, Christina Aguilera, Johnny Carson, Michael Jordan, Robert Deniro, Gwyneth Paltrow, Meryl Streep, David Letterman, Alfred Hitchcock, Thomas Edison, Harrison Ford, dan Bill Gates.

Jawabannya akan saya beri di akhir tulisan ini, jadi jangan mengintip ke bawah. Lakukan saja dulu, baru melanjutkan membaca.

Generalisasi dan stereotip diciptakan oleh manusia untuk mempermudah pemahaman akan sesuatu, namun sayangnya hal tersebut justru malah lebih sering memberikan efek buruk, seperti halnya tentang introversi dalam tulisan Enda, “Stigma masyrakat modern adalah selalu, ekstrovert baik, introvert buruk. Mereka dengan tipe personaliti ekstrovert akan lebih sukses daripada mereka yang introvert. Lebih populer, lebih punya banyak teman dan simplenya lebih bahagia dalam hidup.”

Seorang blogger lain juga ada menulis bahwa, “Introvert itu juga suka merendahkan diri alias benci atas keadaanya saat ini. Dia ingin jadi kaya orang laen, dan hati-hati lho karena orang introvert kadang bisa suicide kalo mengalami depresi yang sangat berat.”

Ada banyak persepsi miring yang harus dipikul oleh orang-orang yang merasa dirinya introvert, bahkan tidak sedikit orang yang menyerah kalah hanya karena terbayang betapa sulitnya untuk memaksakan diri menjadi ekstrovert. Introversi dianggap sebagai sebuah batasan, kelemahan, kecacatan.

Bagaimana kata para peneliti yang berkompeten di bidangnya?

* Del Jones menulis Not All Successful CEOs Are Extroverts bahwa, “Introverts are not shy by definition, but they become drained by social encounters and need time alone to recharge. Introversion might be partially explained by culture, genetics and upbringing. More men are introverts than women. It seems counter-intuitive, but introverts and closet introverts populate the highest corporate offices, so much so that four in 10 top executives test out to be introverts.“

* Jonathan Rauch menulis Caring For Your Introvert, “Are introverts arrogant? Hardly. I suppose this common misconception has to do with our being more intelligent, more reflective, more independent, more level-headed, more refined, and more sensitive than extroverts. Also, it is probably due to our lack of small talk, a lack that extroverts often mistake for disdain. We tend to think before talking, whereas extroverts tend to think by talking, which is why their meetings never last less than six hours.“

* Laurie Pawlik menulis The Guide To Introversion, “Some introverts aren’t stereotypically shy and can strike up conversations with anyone. These introverts enjoy talking and listening to people, and going to parties and events. But most introverts would rather be at home. Introverts can find small talk easy but tiring – and sometimes boring. They’d rather have meaningful conversations about the depths of human souls and minds, but find few opportunities (those aren’t your usual conversations at water coolers or dinner parties!).“


Percayalah, Anda tidak perlu menjadi seorang ekstrovert untuk menjadi seseorang yang lebih sukses. Ekstroversi dan introversi tidak akan pernah menjadi tolak ukur sejauh mana Anda bisa berhasil menggapai impian.

Ketika jaman lossy dahulu, saya introvert. Sekarang, bertahun-tahun kemudian dan sebagai salah satu founder Solusi Romansa #1 di Indonesia, saya tetap menjadi pribadi yang introvert (walaupun sedikit sekali orang yang bisa melihat seperti itu). Jadi kepribadian introvert tidak pernah menjadi halangan bagi keberhasilan sosial dan romansa. Kepribadian introvert juga tidak menghalangi saya dalam public speaking dan kegiatan sejenisnya.

Jika Anda mendapati diri sebagai pembaca setia HS ataupun blog Unlocked ini, kemungkinan Anda merasa introvert dan gerah ingin memperbaikinya. Jawaban saya, tidak perlu, karena introversi bukanlah sebuah penyakit ataupun gangguan. Asalkan Anda bisa menemukan sumber energi yang tepat, Anda akan menemukan kesuksesan dalam bidang apapun dengan jiwa introvert tersebut.

“Introverts tend to get their energy from within, so being with people is draining. After a day filled with people or activities, introverts tend to feel exhausted and empty. To recharge their batteries introverts need to be alone reading, daydreaming, painting, or gardening – any solo activity fills them up again. This doesn’t mean introverts have to live alone in a cave in the hills; they just need quiet time to come back to themselves. The energy source for introverts is from within.“

Dan jawaban atas daftar selebritis di atas… seluruh keduapuluh nama itu adalah pribadi introvert berdasarkan hasil tes kepribadian Myers-Briggs Type Indicator.

Terkejut? Bagus. Sekarang giliran Anda untuk mengejutkan orang lain dengan prestasi Anda.

Kesadaran

Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan istilah consciousness dan awareness. Ada banyak sekali kekacauan dan masalah hidup yang terjadi hanya karena kita tidak menyadari akan sesuatu, bukannya karena kita salah melakukan sesuatu. Misalnya, tahukah bahwa otak Anda sudah memutuskan untuk membaca artikel ini jauh sebelum Anda memutuskan ingin membacanya?

Pada tahun 1965, H.H. Kornhuber dan L. Deeke menemukan bahwa aktifitas otak sudah mendahului sekitar 500 – 1000 milisekon sebelum keputusan diambil. Terobosan studi lainnya dilakukan pada tahun 1980an oleh Benjamin Libet yang mengkonfirmasi bahwa otak manusia sudah mengirim pesan pada otot-otot untuk menekan sebuah tombol sekitar 200 milisekon sebelum seseorang membuat keputusan untuk menekan tombol.

“More than 20 years ago the American brain scientist Benjamin Libet found a brain signal, the so-called ‘readiness-potential’ that occurred a fraction of a second before a conscious decision. Many scientists argued that if our decisions are prepared unconsciously by the brain, then our feeling of free will must be an illusion.“

Saya tidak akan memusingkan isu Kehendak Bebas karena itu adalah topik bahasan lainnya yang bahkan belum bisa didefinisikan dengan baik oleh para filsuf. Saya hanya ingin menyentil tentang kemungkinan Anda dan saya tidak bertindak sebagaimana yang Anda dan saya pikirkan. Kita termanipulasi oleh ilusi bahwa keinginan kitalah yang memutuskan ingin membeli sesuatu, memakan sesuatu, membaca sesuatu, memberi sesuatu dsb… padahal keputusan itu sudah dibuat jauh sebelum kita menginginkannya.

Pertanyaannya bukanlah apakah Anda melakukan seperti itu atau tidak, karena Anda pasti bersikap seperti itu. Pertanyaannya adalah berapa banyak dari keputusan penting dalam hidup Anda yang diputuskan sesuai dengan fungsi otak fisik saja, bukannya fungsi kesadaran penuh.

Hasil temuan Libet dilanjutkan oleh penelitian John-Dyland Haynes pada tahun 2008. Ia melaporkan dalam publikasi Nature Neuroscience bahwa kini mesin pemindai otak (brain scanner) sudah dapat mendeteksi keputusan seseorang hingga sepuluh detik sebelum orang tersebut sadar akan keputusan yang diambilnya.

“There has been a long controversy as to whether subjectively ‘free’ decisions are determined by brain activity ahead of time. We found that the outcome of a decision can be encoded in brain activity of prefrontal and parietal cortex up to 10 seconds before it enters awareness. This delay presumably reflects the operation of a network of high-level control areas that begin to prepare an upcoming decision long before it enters awareness.”

Dengan kata lain, kemungkinan besar kita tidak pernah benar-benar memutuskan sesuatu secara intelektual. Otak kita yang membuat keputusan tersebut, bukan pikiran ataupun kesadaran kita. Kita tidak memiliki kebebasan berlogika dan berpikir seperti yang kita duga, melainkan sekedar mengikuti apa yang otak fisik kita sudah programkan. Itu sebabnya Anda kadang pernah kebingungan mengapa bisa terjerumus ke sebuah situasi yang sebenarnya merugikan atau berakibat negatif.

Coba telusuri konflik dan kondisi-kondisi sulit yang sedang Anda jalani sekarang. Apakah Anda bertindak sesuai dengan kesadaran dan pikiran yang sehat, atau hanya mengikuti emosi, insting dan impuls-impuls mentah yang dikalkulasikan oleh otak Anda?

Apakah kita sudah selalu sadar sesadar-sadarnya dalam bertindak, atau cenderung mengijinkan diri dikendarai oleh program tubuh kita? Beranikah kita mengakui bahwa, sesuai studi di atas, kita seringkali bertindak di luar kontrol kesadaran, di luar logika sehat, bahkan menjadi budak gangguan jiwa dan trauma?

Ditolak atau Diterima Pergaulan?

Danu Anthony Stinson, dari University of Waterloo, menulis hasil penelitiannya tentang Acceptance Prophecy di Personality and Social Psychology Bulletin sebagai berikut:

“People’s expectations of acceptance often come to create the acceptance or rejection they anticipate. The authors tested the hypothesis that interpersonal warmth is the behavioral key to this acceptance prophecy: If people expect acceptance, they will behave warmly, which in turn will lead other people to accept them; if they expect rejection, they will behave coldly, which will lead to less acceptance.“

Dalam bahasa Indonesia sederhananya adalah Anda akan lebih diterima oleh orang lain ketika Anda berpikir Anda akan diterima oleh mereka. Sebaliknya, jika Anda berpikir orang tersebut akan menolak/risih, maka kita secara tak sadar akan bersikap demikian yang memancing mereka bersikap sama.

Ini sepertinya bukan sebuah pencerahan ajaib dari segi ilmu pengetahuan, tapi dari segi aplikasi sehari-hari, berapa banyak orang yang melanggar prinsip ini dan malah menyalahkan orang lain jika mereka diperlakukan kurang baik? Berapa banyak pasangan pria dan wanita yang sebenarnya dapat menikmati cinta dan romansa dengan baik, namun malah saling menyakiti satu sama lain karena secara tidak sadar melanggar prinsip ini?

Prinsip ini jauh lebih mudah diamati dalam konteks ngehit. Pria yang sudah keterlaluan takutnya dan membayangkan penolakan sebelum mengobrol dengan seorang wanita asing, sudah nyaris dipastikan akan mendapat respon persis sama seperti ekspektasinya tersebut. Dalam setiap interaksi sosial, kedua belah pihak pasti memiliki tingkat kecemasan dan ketidaknyamanan yang sama.

Coba pikirkan rasa takut dan bingung yang sang wanita rasakan ketika ia diajak mengobrol oleh orang yang sama sekali asing. Anda mungkin saja terlihat rapih dan bersih, namun tetap saja ada alarm kecil yang menyala dalam dirinya agar berhati-hati pada Anda. Sekalipun dia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Anda, itu tidak akan menghilangkan rasa cemasnya, malah memperparah karena kini ia merasa sangat awas atau sadar terhadap dirinya; takut dirinya dianggap buruk, kurang menyenangkan oleh Anda.

Lalu bayangkan apa yang terjadi pada tingkah Anda jika Anda tenggelam dalam perasaan malu, takut, panik, dan bingung yang sama atau bahkan lebih parah… Dalam istilah neuro-linguistic programming, Anda sedang melakukan pacing dan mengkonfirmasi rasa cemas dan tidak nyaman sang wanita. Tidak heran jika seiring waktu, dia akan bersikap makin dingin dan resah ketika meladeni obrolan Anda.

Sadari kebiasaan buruk tersebut dan kendalikan agar dapat menguntungkan posisi Anda. Semakin Anda menunjukkan sekuritas dan penerimaan diri dalam sebuah interaksi, semakin lawan bicara Anda terdorong memberikan respon yang sama pada Anda.

LAKUKAN SEMUANYA!!! SEKARANG!!!

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa berbagai referensi self-development dan self-help serta psikologi populer -baik dalam bentuk buku, tayangan video, MP3 dan audio book, maupun seminar/pelatihan- mengandung banyak racun yang justru membuat dirinya menjadi kerdil, kebingungan, berjalan di tempat, dan bahkan apatis. Apakah Anda pernah merasa demikian?

Dalam artikelnya yang berjudul Perspectives on self-help and bibliotherapy: You Are What You Read, diterbitkan dalam Handbook of Counselling Psychology, L. Craighead menuliskan tiga potensi bahaya yang terdapat dalam buku atau program pengembangan diri sebagai berikut:

“First, people may falsely label themselves as psychologically disturbed. Second, people may misdiagnose themselves and use material that deals with the wrong problem. Third, they may not be able to evaluate a program and may select an ineffective one.“

Ketiga hal di atas dapat membuat Anda memiliki masalah-masalah baru yang lebih parah dibandingkan sebelum membaca buku tersebut. Baru-baru ini saja dua orang meninggal dunia dan sembilan belas lainnya dirawat di rumah sakit dalam acara retreat seminar dari salah seorang guru The Secret.

Atau dalam kasus lain, seringkali sebenarnya Anda berada dalam kondisi yang stabil dan sehat, namun gara-gara iseng membaca sebuah penjelasan atau mencoba sebuah kuesioner pengembangan diri, Anda jadi depresi karena dinyatakan memiliki gangguan atau masalah tertentu.

Tapi ada satu lagi racun yang jarang disadari, yakni timbulnya keyakinan delusional bahwa sekedar mengkonsumsi materi pengembangan diri akan dengan sendirinya mengubah diri Anda menjadi lebih baik.

Catat baik-baik bahwa buku dan program tersebut hanya bertugas untuk memotivasi Anda, tapi ia tidak dapat mengubah Anda menjadi lebih baik! Rasa bahagia dicerahkan, terlengkapi, berpengetahuan, dsb yang Anda rasakan itu bukanlah bukti bahwa Anda sudah berubah dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Itu hanyalah euforia sesaat yang memang diciptakan oleh berbagai referensi self-help dengan tujuan menempatkan Anda dalam kondisi psikologis dan kognitif yang subur untuk sesegera mungkin melakukan aksi perubahan.

Euforia bukanlah perubahan itu sendiri. Ia hanya pintu gerbang menuju kualitas dan transformasi yang Anda sebenarnya inginkan. Jadi jika Anda hanya berhenti di sana, tidak heran Anda sedikit sekali melihat perubahan permanen. Anda hanya akan menjadi seorang pecandu pengembangan diri yang hidup mengejar sensasi ilmu-ilmu baru tanpa pernah mempraktekkannya.

Setiap produk pengembangan diri di luar sana menjanjikan kesegaran, kedamaian, kesembuhan, kebebasan, kesuksesan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup. Tapi berdasarkan pengamatan pribadi saya selama bertahun-tahun hingga hari ini, terlalu sedikit sekali pembaca yang berhasil mengalami hal-hal yang dijanjikan tersebut ditingkat yang lebih nyata daripada sekedar euforia sesaat.

Saya beritahu satu rahasia, saya jauh lebih banyak menangani kasus orang yang terjebak, terjerembab, dan teracuni oleh materi-materi pengembangan diri dibandingkan menangani orang polos yang memang tidak mengkonsumsi hal demikian. Mereka biasanya merasa sudah tahu apa yang harus diperbuat berkat pengetahuan buku dan pelatihan yang mereka ikuti, bahkan bisa mendekonstruksi sendiri kesulitan yang mereka sedang alami, namun anehnya tetap tidak mampu mengeluarkan diri dari kondisi tersebut.

Alasannya sederhana, bukannya sibuk mempraktekkan pengetahuan dan inspirasi yang baru saja mereka dapatkan, mereka malah sibuk sibuk mencari ilmu canggih, tehnik cepat, poin inspirasi, langkah praktis, atau sistem terobosan yang lebih manjur lainnya.

Tulisan-tulisan tersebut terlihat begitu indah dan ajaib sehingga tanpa disadari malah meracuni pikiran Anda. Sama seperti betapa konyolnya seseorang jika ia merasa sudah menyelamatkan dunia setelah menonton film Superman, demikianlah konyolnya jika Anda merasa sudah menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku pengembangan diri.

Kita terbiasa menipu diri sendiri, teryakini dan memimpikan peningkatan kualitas hidup akan terjadi sebagai akibat langsung dari menghapal, mencatat berbagai rumus indah yang diberikan oleh para pelatih dan konsultan sukses. Seiring waktu, kita menjadi serba-tahu-segalanya, sekaligus kewalahan karena harus menyimpan teori yang kadang saling bertolak belakang, lalu akhirnya merasa bingung mengapa tidak pernah melihat buah yang nyata.

“Self-help books offer different possible moves for different games. They point the reader toward the game, invite him or her to define a strategy and then to go out to do what is necessary to actualize it.“

Renungkan berapa banyak program pengembangan diri, self-help, psikologi populer, dan referensi inspirasi dan motivasional lainnya yang pernah Anda konsumsi sampai hari ini, lalu jawab dengan jujur apakah Anda sudah mempraktekkan setidaknya setengah dari apa yang sudah Anda ketahui itu…

Saya tidak akan memberikan poin atau rumus apapun hari ini. Anda hanya perlu berhenti membuang waktu, uang, dan tenaga Anda demi ilmu-ilmu baru. Praktekkan apa yang sudah Anda baca. Titik.

Lakukan sekarang, prajurit, ini perintah!

Resolusi Tahun Baru

Bagi kebanyakan orang, saat - saat tahun baru berarti saatnya untuk menulis daftar Resolusi Tahun Baru sepert rencana diet, menyelesaikan skripsi, memperbaiki kelakuan, meningkatkan prestasi karir, dsb. Seberapa efektif hal tersebut? Mungkinkah resolusi awal tahun malah berubah menjadi batu sandungan di sepanjang tahun tersebut? Berikut adalah fakta-fakta miring dibalik ritual tahunan ini.

Psikolog Peter Herman dan Janet Polivy dari Harvard University menyatakan bahwa resolusi seperti itu biasanya akan memicu sindrom harapan-palsu karena samar, tidak berhubungan atau tidak realistis. Contohnya, seseorang berjanji untuk menurunkan berat badan agar disayang oleh pasangan, atau seseorang berjanji menghilangkan kebiasaan menunda agar dapat meraih promosi dari bos.

Kedua contoh janji tersebut, sekalipun bisa tercapai, belum tentu secara otomatis membuat seseorang lebih disukai orang atau menarik perhatian sang atasan. Akibatnya, perjalanan komitmen resolusi itu semakin lama semakin melemah karena tidak memberikan reaksi yang diharapkan. Peter mencatat sekitar 25% dari daftar resolusi akan ditinggalkan begitu saja dalam 15 minggu pertama dan sisanya paling lama bertahan hingga bulan keenam di tahun yang bersangkutan. Coba refleksikan apakah hal serupa terjadi pada Anda di tahun ini atau tahun-tahun sebelumnya?

Seorang psikolog lainnya dari University of Washington, Elizabeth Miller, memperhatikan bahwa orang terbiasa menulis beberapa resolusi sekaligus, sehingga menjadi sebuah daftar; sekitar 67% dari responden surveinya membuat resolusi sebanyak tiga buah atau lebih. Permasalahannya adalah hal itulah yang justru membuat seseorang sulit untuk menggenapi rencana awal tahun mereka, sebagaimana disimpulkan oleh penelitian K.M. Sheldon dan T. Kasser dalam artikel Pursuing Personal Goal yang diterbitkan dalam Personality and Social Psychology Bulletin sebagai berikut:

“A first problem related to New Year’s resolutions is that there are so many of them. Your friends will probably not take you seriously if you come up with only one resolution, for example, to stop spending money on ridiculously expensive shoes. People usually do not come up with only one resolution; they come up with a list. A long list of resolutions can be confusing. Some of your plans may be related to each other and may hinder each others’ execution mutually. For example, it will be quite hard to stop smoking and lose weight at the same time. When one stops smoking usually candies are used to distract oneself of the craving for a cigarette. If you simultaneously refrain yourself from eating candy, you place yourself in position that is twice as challenging.“

Dalam penelitian lainnya, Richard Wiseman, seorang profesor di University of Hertfordshire, mengumpulkan data resolusi awal tahun lebih dari 3,000 orang. Pada awal tahun, sekitar 52% dari partisipan benar-benar yakin akan merasa sukses dengan daftar resolusi mereka, namun setelah dievaluasi dengan seksama pada penghujung tahun, tercatat hanya 12% saja yang berhasil meraih tujuan impian mereka. Itu berarti hanya 360 dari 3000 orang yang bisa tersenyum puas dan menepuk dada mereka dengan bangga!

Saya tidak tahu apakah Anda biasa melakukan ritual resolusi akhir tahun. Jika ya, maka tulisan hari ini pasti berbicara banyak tentang pengalaman Anda selama ini. Jika tidak, maka saya anjurkan Anda untuk mulai melakukannya untuk tahun mendatang. Seluruh data di atas bukannya menunjukkan resolusi akhir tahun sebagai aktivitas yang sia-sia, melainkan hanya mengungkapkan cara atau kebiasaan yang salah dalam menggunakan resolusi.

Lalu bagaimana cara memperbaikinya? Saya beritahu satu resep rahasia tranceformasi tahun baru ala Lex dePraxis berikut ini… :D

* Ciptakan rantai resolusi. Seperti yang sudah diungkapkan para peneliti di atas, jangan sok menulis daftar panjang. Pilih saja dua atau tiga buah komitmen yang paling Anda inginkan, susun sesuai prioritas terpenting atau paling krusial, lalu fokuskan segenap hati dan diri Anda hanya pada satu resolusi yang teratas. Jika resolusi tersebut telah tercapai, di bulan apapun itu, berarti saatnya melangkah pada resolusi tingkatan kedua dan demikian seterusnya. Momentum kepercayaan diri dan kesuksesan dari mata resolusi pertama itu akan membakar Anda untuk resolusi berikutnya. Itu sebabnya jika belum tercapai, maka jangan bermimpi untuk mencoba resolusi kedua dan ketiga.

Alasannya adalah kita memiliki sumber daya yang terbatas, jadi jika Anda mencurahkan seluruhnya pada satu fokus, maka lebih kemungkinan besar tergenapi daripada Anda memecahnya menjadi banyak kepingan fokus yang lemah. Ingat bahwa akan cenderung mendapatkan apa yang Anda fokuskan. Multi-tasking hanya membantu pembelajaran, tapi tidak untuk meraih sebuah tujuan.

* Tuliskan secara sistematis, detil, spesifik dan terukur. Sekedar berkomitmen, “Saya ingin menjadi orang yang lebih baik,” atau “Saya ingin menurunkan berat badan,” atau “Saya ingin lebih disayang oleh pacar,” tidak akan menghasilkan momentum yang kuat ataupun bertahan lama. Darimana Anda bisa tahu kapan Anda sudah mencapai apa yang Anda inginkan? Bagaimana Anda bisa termotivasi jika Anda tidak tahu Anda sudah berjalan sejauh apa dari titik awal dan sedekat apa dengan tujuan akhir?

Anda perlu merangkai dengan spesifik apa yang akan Anda lihat, dengar, dan rasakan jika resolusi itu tercapai. Anda perlu memiliki standar ekspektasi yang mengingatkan Anda kapan progres resolusi itu mencapai 25%, 50%, 75%, dst. Jika Anda tidak menciptakan sistem seperti itu dan mengandalkan perasaan saja, maka Anda akan kehilangan arah di sepanjang tahun karena merasa berjalan di tempat. Lakukan pendetilan ini pada mata rantai resolusi teratas saja, sementara resolusi tingkatan kedua dan ketiga baru didetilkan setelah Anda menyelesaikan resolusi sebelumnya.

* Publikasikan pada seluruh sahabat Anda. Semakin banyak orang yang mengetahuinya, semakin api komitmen Anda berkobar dan terjaga nyalanya. Anda bukan saja menciptakan sebuah support system yang siap membantu jika diperlukan dan jaringan alarm-hidup yang selalu siaga mengingatkan kapan saja Anda melenceng, tapi juga memaksa diri Anda untuk tidak pernah menyerah agar tidak mempermalukan diri karena menyangkali janji Anda sendiri di hadapan publik yang mengetahuinya.

Saya sangat serius dengan hal ini. Salah satu alasan utama Anda gagal meraih resolusi tahun lalu (dan sebelumnya!) pasti karena terbiasa merahasiakan resolusi Anda. Akibatnya, Anda bisa dengan leluasa menyabotase diri karena toh tidak akan ada orang yang tahu dengan resolusi tersebut. Taruhan Anda sudah sering melakukan sabotase seperti itu selama ini! Sepanjang Anda masih memiliki celah berbuat demikian, jangan harap bisa meraih resolusi awal tahun apapun.


Lakukan ketiga poin di atas, maka saya berani menjamin Anda akan berada dalam kategori 12% orang yang dinyatakan Richard Wiseman di atas. Dan sekedar tips dan trik pendorong, berikut kutipan tambahan dari tulisan beliau tentang kekuatan dari resolusi:

“Men were 22% more likely to succeed when they set goals for themselves, such as losing a pound a week rather than losing weight in general. In addition, men tended to succeed when they focused on rewards, such as losing weight to become more attractive to the opposite sex. Women were more successful at keeping their resolutions when they told family and friends about their plans. They also responded better to encouragement not to give up if they reverted to old habits temporarily – such as treating a chocolate binge as a setback rather than failure. Telling others increased women’s chance of keeping resolutions by 10%.“

12 Teknik Mengatasi Ilusi dan Kecemasan

Ini dia sepuluh buah tips dan obat kuat untuk penghilang dan pembasmi ilusi. Istilah ‘ilusi’ yang saya maksud di sini tidak sekedar tentang ‘rasa takut untuk melakukan aksi hit‘ seperti yang biasa dikenal dalam Solusi Romansa, tapi juga berbagai rasa takut, cemas, tegang dan ekspresi parno lainnya yang sering kita hadapi dalam hidup sehari-hari. Hari ini saya bersalah untuk kedua kalinya menulis entri yang tidak mungkin terbaca selama 90 detik.

Ketika berada di situasi yang asing atau aneh, salah satu bagian di otak kita, dikenal dengan nama amygdala, mengirimkan pesan “Hei, kode merah! Boss melihat sesuatu di depan, ada kemungkinan bahaya..” ke kelenjar adrenal. Detik itu juga, dosis adrenalin segera meluncur di dalam darah yang membuat tubuh kita meregang siaga untuk respon Fight or Flight: kurang lebih Fight berarti bertarung melawan jika sang ancaman rasanya bisa dilawan, sementara Flight berarti berlari menghindar jika merasa terpojok.

Parno dan ilusi kecemasan sebenarnya muncul karena sistem tubuh dan pikiran kita sedang mengalami konflik: tubuh sudah siap beraksi tapi anehnya tidak menemukan siapa yang harus dilawan ataupun untuk apa harus berlari. Sinyal ancaman bahaya yang dikirim oleh amygdala ternyata bersifat abstrak alias tidak benar-benar nyata alias alarm palsu. Karena sudah banyak dosis adrenalin yang sudah terlanjur dipompa ke dalam darah, otak pun terpengaruh untuk mulai menciptakan berbagai pikiran-pikiran menakutkan. Demikian lahirlah ilusi dan anxiety, seperti yang dijelaskan oleh Psyche Education berikut ini:

“One of these physical events associated with fear is often called the ‘fight or flight’ reaction: increased heart rate and force of each beat (pounding heart); increased muscle tension that can even cause tremors; sweaty but cold palms; and even nausea. The brain structure which appears to be at the very center of most of the brain events associated with fear is the amygdala.“

Jadi secara teori, cara untuk mengatasi ilusi adalah dengan menjaga amygdala agar berhenti mengirimkan sinyal bahaya dan mengalihkan perhatian otak bagian depan (frontal lobes). Lalu bagaimana prakteknya?

Saya akan bongkar semuanya, jadi baca saja keduabelas tips berikut:

1. Pukul telapak tangan kiri Anda dengan kepalan tangan kanan sekeras-kerasnya.. Rasa sengatan sakit akan menghilang setelah dua detik, dan tubuh memproduksi hormon endorfin yang meredakan kecemasan dan depresi. Ini sama efeknya mengapa Anda merasa jauh lebih berani untuk ngehit sehabis aktivitas olahraga atau fitness. Inilah versi saya untuk istilah “No pain, no gain.” ;)

2. Memutar bola mata. Maksud saya adalah menggerakkan pandangan melingkar searah jarum jam, lalu melingkar berlawanan arah jarum jam. Lakukan masing-masing lima kali, tanpa ikut menggerakkan kepala. Ini adalah tehnik yang saya reverse-engineer dari hasil penelitian Prof. Talma Hendler yang menyatakan, “The amygdala, the region of the brain in which emotions are located, was significantly more active when the subjects’ eyes were closed.” Gerakan ekstrim pada mata akan membuat kesadaran spasial dan visual Anda meningkat, frontal lobes tersibukkan, dan amygdala tidak aktif lagi.

3. Ledakkan adrenalin Anda. Dengan sengaja tegangkan sekeras mungkin seluruh otot di tubuh Anda selama dua detik sampai seperti ingin meledak pecah, dan pada detik ketiga lepaskan seketika sambil berjalan menuju target Anda. Seluruh properti fisik dan mental Anda akan lemas mengendur, amygdala pun sudah ‘malas dan menyerah’ sehingga Anda terbebas dari kekangan ilusi selama beberapa menit. Solusi yang paling efektif untuk kondisi ngehit.

4. Berteriak di dalam kepala. Memang terdengar konyol, tapi saya serius. Katupkan mulut Anda serapat-rapatnya dan berteriaklah di dalam kepala sambil menahan napas selama mungkin. Secara otomatis Anda akan terbayang suara Anda sendiri yang menggelegar memenuhi rongga kepala, mengusir dan mengalahkan semua keributan ilusi-ilusi parno yang sebelumnya bercokol di sana. Hasilnya? Setelah berhenti teriak, kepala Anda sunyi senyap dan kudus seperti malam natal.. :p

5. Mengucapkan apa yang Anda takutkan secara berulang-ulang selama sepuluh menit. Ini adalah tehnik dari para ahli Cognitive Therapy, seperti Dr. Robert Leahly, yang berkata bahwa jika kita terus mengucapkannya berulang kali dengan lambat di dalam hati, maka pikiran kita akan merasa bosan dan menolaknya sendiri. Ide yang bagus untuk kecemasan secara umum, tapi mungkin tidak efektif dilakukan dalam situasi ngehit karena prosesnya terlalu lama.

6. Paksa diri Anda untuk bergerak. Terserah sekedar merubah posisi badan atau berpindah lokasi, apapun itu Anda harus bergerak agar otot tubuh Anda tidak keras kaku akibat adrenalin. Semakin tubuh Anda kaku, semakin pikiran Anda diliputi ilusi dan kecemasan. Simak penjelasannya dalam video keempat di halaman ini. Untuk situasi ngehit dan Anda sedang bersama dengan sahabat, suruh ia mendorong Anda sekeras mungkin ke arah target yang ingin didekati.

7. Membuat tato mental di sisi pelipis kanan. Pilih salah satu ilusi yang muncul di kepala Anda, tentukan namanya (mis. takut ditolak), lalu sentuh pelipis kanan Anda dengan tangan sambil membayangkan nama ilusi itu ditato di sana. Ini adalah tehnik yang saya gabungkan dari konsep Neuro-Linguistic Programming dengan hasil penelitian Matthew Lieberman (“The brain’s catharsis centre is a region called the right ventrolateral prefrontal cortex, which lies next to the right temple. When this is activated, it suppresses activity in the amygdala. The more that region is activated, the less activity you see in limbic regions that are involved in emotional processing, so you’ll see less activity in the amygdala. The more prefrontal activation you see the less the amygdala responds,“) serta artikel terkait lainnya.

8. Menggoreskan jari seolah-olah membuat tato logo NIKE di pelipis kanan Anda. Ini tidak perlu saya jelaskan lagi karena hanya sebuah variasi dari poin sebelumnya. Anda bisa mengganti logo NIKE dengan simbol-simbol apa saja bisa yang membuat Anda lebih merasa tenang dan terkendali. Kadang, semakin banyak, semakin baik.

9. Akting menguap dalam gerakan slow motion. Buka rahang selebar-lebarnya dan gerakkan tangan untuk menutup mulut, tarik nafas hingga perut penuh, lalu selesaikan dengan mengeluarkan nafas, menutup mulut dan tangan kembali ke posisi semula. Lakukan semuanya selambat mungkin dan semenyakinkan mungkin. Tubuh akan terkondisi melepas tekanan dan pikiran menurunkan volume suara ilusi.

10. Ucapkan dan lengkapi kalimat ini, “Ilusi _______ ini berguna bahkan menyenangkan karena membuat saya _______. Amin!” Ini adalah tehnik psikologis, dikenal dengan istilah reframing, yang mengubah struktur kognisi di frontal lobes. Penutupan dengan kata ‘amin’ juga menambah kekuatan/ketenangan karena itu adalah simbol campur tangan metafisik.

11. Terima dan hadapi dengan senyuman lebar. Ilusi, kecemasan, ketakutan, dan rasa panik hanya menggigit jika Anda berusaha berlari darinya. Majalah Scientific American menyatakan bahwa otot wajah yang tersenyum dapat meredakan aktifivitas respon di amygdala.

12. Mencari sesuatu yang lucu dari orang yang hendak Anda dekati, lalu menertawakannya dengan singkat. Saya reverse-engineer tehnik ini dari penelitian Elizabeth Kensinger, seorang psikolog Boston College, yang menemukan, “… that when people viewed negative images, the amygdala was especially active,” dan dikombinasikan poin sebelumnya.


Seringkali kita berpikir bahwa pikiran-pikiran negatif membuat kita terbayang ilusi cemas dan ketakutan. Salah besar! Pikiran itu sendiri, tidak peduli seberapa buruk atau negatifnya, tidak dapat membuat kita merasa tertekan dan anxious. Kita baru terpengaruh jika kita tunduk mempercayainya. Kita bahkan terpengaruh semakin parah jika berusaha menentang dan mematahkan logikanya.

Pikiran negatif tidak perlu dilawan atau dimusuhi; dia bukan musuh Anda. Ia tidak lebih dari sekedar tawaran informasi saja dan Anda tetap memiliki kebebasan untuk mengikutinya atau menyibukkan diri akan informasi lainnya. Keduabelas tips di atas adalah varian manipulasi mental yang dapat Anda gunakan jika memilih pilihan kedua. Tidak perlu melakukan semuanya, karena masing-masing orang memiliki satu dua tehnik yang paling cocok untuk dirinya.

Jadi jika Anda terjerat ilusi, jangan salahkan amygdala yang keliru memberikan sinyal alarm. Salahkan diri Anda yang tidak mengingat satu pun tehnik di artikel hari ini.

Bukti - Bukti yang Menyulitkan Hidup Anda

Jika Anda seperti orang pada umumnya, Anda pasti sering mengalami dugaan positif dan negatif, kecemasan, atau kecurigaan yang selang beberapa waktu kemudian ternyata terbukti benar. Kadang berupa firasat, kadang berupa kabar burung, kadang juga berupa hasil analisa pribadi. Saya punya kejutan: kebiasaan tersebut yang bertanggung jawab membuat hidup Anda terasa berat, rumit, atau menyakitkan.

Pelajaran hari ini saya kutip langsung dari silabus FAST HYPNOSIS, bab Prinsip Operasi Pikiran Manusia, tepatnya prinsip kedua yang berbunyi, “Pikiran akan mewujudkan apa yang diekspektasikan.” Ah, saya bisa mendengar celoteh banyak pembaca yang langsung menggumamkan The Secret dan Law of Attraction-nya.

Tidak, sobat, ini sama sekali berbeda. Apalagi saya adalah musuh terbesar dari para penganut The Secret LOA yang penuh penipuan busuk itu.. belasan poin-poinnya saya bongkar secara spesifik hanya dalam pelatihan saja. :D

Kembali ke topik. Hipotesa atau dugaan apapun yang Anda pikirkan, tidak peduli seberapa absurd, kedua elemen otak Anda (alam pikiran sadar dan bawah sadar) akan bekerja keras untuk mencari bukti-bukti pendukung. Dan ketika pikiran sudah memutuskan, percayalah ia pasti akan menemukan apa yang dia perlukan. Kalaupun tidak ada, pikiran kita tidak segan-segan untuk memanipulasi hubungan antar fakta, hingga tercipta sebuah ‘bukti fakta’ yang baru!

Ada tiga alasan mengapa hal itu terjadi:

* Pikiran ingin tuannya merasa senang. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada merasa benar dan pintar, bahkan sekalipun itu berarti kita mendapat kesimpulan yang menyakitkan hati. Coba ingat-ingat kejadian dimana Anda merasa curiga kekasih Anda selingkuh atau sejenisnya. Untuk setiap rasa sakit yang Anda dapatkan ketika berhasil mengumpulkan bukti atas dugaan itu, Anda juga merasa puas dan senang karena merasa benar.

* Pusat rangsangan dan motivasi kita terpicu. Salah satu bagian dari otak yang bernama reticular activating system bertugas sebagai gerbang kesadaran yang merangsang dan memotivasi kehidupan sehari-hari. Kelima indera Anda akan menjadi lebih awas terhadap hal-hal yang Anda duga atau ingin buktikan. Misalnya, ketika mendapat sekedar sapaan halo dari seorang rekan wanita yang menarik, Anda cepat berpikir bahwa itu adalah tanda dia menyukai Anda.

* Otak tidak pernah berhenti menyerap dan mengolah data sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun. Bahkan ketika tidur pun otak kita tetap bekerja secara acak dan otomatis. Contoh tipikal, mendadak Anda direpotkan oleh sang kekasih yang sangat yakin bahwa mimpi buruknya selama tiga hari berturut-turut adalah bukti kuat bahwa Anda akan tiba-tiba memutuskan hubungan karena sudah ada wanita lain.

Nick Herbet, dalam bukunya berjudul Elemental Mind, berpendapat bahwa isi otak manusia penuh dengan kekacauan informasi yang biasanya diluruskan sesuai dengan keinginan dan ekspektasi sang pemilik.

“In estimation, our brain approximately receives 100 million bits of information per second from each eye, 10 million bits of information per second from the skin, and 30,000 bits of information per second from the ears. When all this external information is combined with the billions of bits of internal information our mind is processing, our brain is dealing with an incredible 10 trillion bits of information each second. Our mind is like the editor of a book or a movie deciding which bits of information are relevant and should be retained for later use and which are irrelevant and should be discarded.“

Sama sekali tidak bisa terhitung banyaknya informasi yang Anda dapatkan setiap hari, jadi apapun yang Anda duga dan ekspektasikan, pasti ada saja info yang bisa dipakai dan dirangkai sebagai sebuah realita atau kebenaran.

Sama seperti Anda pasti bisa menemukan -hanya jika Anda bersedia jujur- tentang sejumlah bagian dalam kitab suci agama Anda sendiri yang membuktikan kelemahan, kejanggalan, atau ketidakcocokan. Jika niat, Anda bahkan bisa menemukan ayat-ayat yang menjustifikasi perilaku paling aneh atau biadab sekalipun dengan menggunakan kutipan sebuah kitab suci.

Pertanyaan sederhana hari ini…

Berapa kali Anda salah mengambil langkah dalam aktifitas studi dan karir hanya karena Anda terkecoh oleh bukti yang seolah-olah benar?

Berapa banyak persahabatan yang Anda hancurkan hanya karena Anda terkecoh oleh bukti kabar burung yang negatif?

Berapa besar kerusakan yang Anda ciptakan dalam keluarga dan romansa hanya karena Anda terkecoh oleh bukti analisa yang terlalu berlebihan?

Kreatifitas di Dalam Cinta

Sebutkan sepuluh buah karya seni legendaris dunia yang Anda ketahui, mulai dari lagu, mitos dan dongeng, hingga berbagai kreasi lukisan, pahatan serta arsitektur. Lalu perhatikan bagaimana nyaris setiap karya tersebut terinspirasi dari ataupun bertemakan elemen romansa. Contoh yang paling mudah ditemukan adalah dalam dunia musik yang sepertinya tidak pernah kehabisan stok lagu dari dewa-dewi Cupid. Jika cinta dan romansa membuat kita lebih kreatif, lalu bagaimana dengan seks?

Berdasarkan penelitian terbaru seorang psikolog, Jens Forster, dari University of Amsterdam yang berjudul Why Love Has Wings and Sex Has Not, cinta membuat Anda cenderung berpikir lebih besar dan kreatif, sementara seks menjadikan Anda lebih sempit dan kritis. Para sukarelawan diminta untuk membayangkan skenario dengan pasangannya sedang bertamasya atau sedang berhubungan intim, lalu diberikan sejumlah tes tertulis.

Ditemukan bahwa mereka yang berpikir tentang cinta ternyata memiliki skor lebih tinggi pada tes kemampuan creative insight dan lebih rendah pada tes analisis logika. Persis kebalikannya terjadi pada mereka yang berpikir tentang seks, yakni hebat dalam logika namun lemah dalam out-of-the-box thinking.

“The experiments demonstrated that love makes us think differently in that it triggers global processing, which in turn promotes creative thinking and interferes with analytic thinking. Thinking about sex, however, has the opposite effect: it triggers local processing, which in turn promotes analytic thinking and interferes with creativity.“

Proses berpikir global membuat kita jadi lebih kreatif karena itu membantu kita lebih lentur untuk asosiasi yang asing atau tidak terpikir sebelumnya. Kita ambil satu contoh kasus dalam hal memberikan hadiah kepada pasangan. Jika menggunakan proses berpikir lokal, kita akan lebih terpaku pada obyek-obyek yang tipikal, nyata dan konkrit, seperti perhiasan, jam tangan, buku, parfum, dsb.

Sementara proses berpikir global akan menginspirasikan bentuk-bentuk hadiah yang lebih intrinsik, emosional, dan kasat mata (yang biasanya justru memberikan efek kepuasan lebih luas atau panjang). Contohnya menciptakan karangan lagu atau puisi, memberikan koleksi CD lagu favorit, mengalah, membatalkan kesibukan dan tiba-tiba muncul, memasakkan makanan tertentu, mengajak olahraga bersama, dsb.

Tes penelitian berikutnya menyimpulkan bahwa berpikir akan rasa sayang dan cinta membuat kita sulit memilah-milah kualitas dari orang yang kita sayangi. Kita melihat sang pasangan seolah-olah dikelilingi aura cahaya indah yang membuatnya sempurna melakukan apa saja; sebuah fenomena yang biasa diberi nama Halo Effect. Jika ditanya mengapa kita menyukainya, kita hanya bisa menghela nafas dengan terheran-heran sendiri, berkata sambil tersenyum, “Entahlah..”

Berpikir akan seks dan nafsu memberikan efek sebaliknya, yakni terlalu perhitungan dan analitikal. Dalam kehidupan nyata, efek tersebut akan muncul dalam bentuk, “Saya suka dia karena keluarganya baik dan kaya,” atau “Saya suka karena dia romantis,” atau “Saya suka dia karena kita punya gaya yang mirip dan bisa saling melengkapi,” atau “Saya suka karena saya bisa dapat X, Y, Z.”

Entah bagaimana dengan Anda, tapi saya pribadi terinspirasi banyak sekali ide-ide segar dari yang bisa dipakai dalam strategi romansa maupun kehidupan sehari-hari.

Ingin berbagi ide yang Anda dapatkan?

Mengapa Anda Perlu Gagal?

Jujur saja, kesuksesan adalah sesuatu yang terlalu dibesar-besarkan. Semua orang ingin sukses, lebih sukses, dan paling sukses di bidangnya masing-masing. Orangtua kita menghabiskan sedemikian banyak waktu, energi, dan materi untuk membuka mata kita akan pentingnya kesuksesan, namun lupa untuk mengingatkan bahwa justru kegagalan adalah awal dari kebijaksanaan dan kekuatan.

Hari ini saya akan melengkapi kealpaan tersebut. Hari ini saya akan mencolok kedua mata Anda sedemikian keras agar bisa mengerti betapa pentingnya sebuah kegagalan.

* Rasa takut gagal adalah alasan paling utama mengapa lebih dari 80% orang di dunia ini tidak pernah bisa mencapai impiannya. Bukan karena impiannya yang terlalu aneh atau tinggi, bukan juga karena kurang perencanaan yang matang, kurang sumber daya, kurang semangat, kurang dukungan, dsb. Rasa takut gagal, itulah agen sabotase terbesar yang memisahkan Anda dari apapun yang menjadi cita-cita Anda.

* Kesuksesan bersifat monumental dan periodik yang akan rubuh kehilangan cahayanya, hilang terlupakan beberapa di detik setelah Anda tersandung atau seseorang merebut kesuksesan tersebut dari tangan Anda. Sementara kegagalan bersifat transendental yang tidak akan pernah hilang ataupun terlupakan karena Anda akan mengantungi pelajaran penting yang akan terus mempengaruhi seluruh aspek hidup Anda seumur hidup.

* Kunci terpenting dalam hidup adalah memiliki kemampuan untuk bangkit berdiri lagi setelah terpeleset jatuh (bounce back), dan Anda tidak akan pernah bisa memilikinya jika Anda tidak pernah gagal atau jarang merasakan kegagalan. Kesuksesan tidak membuat seseorang jadi lebih baik dan lebih dewasa, malah biasanya berefek sebaliknya. Justru kegagalan yang menempa Anda jadi bermental baja.

Kegagalan merupakan pemicu dari inspirasi dan kerendahan hati. Kesuksesan jarang sekali memicu kedua hal tersebut, percayalah Anda akan sangat-sangat membutuhkannya ketika sukses nanti. Lebih jauh dari itu, berdasarkan pengalaman pribadi saya berani menyimpulkan bahwa nilai-nilai yang Anda dapatkan selama 3 tahun menjadi orang sukses jauh lebih rendah daripada nilai-nilai yang Anda dapatkan dalam kegagalan selama 3 menit. Jika Anda tidak percaya akan hal ini, silakan tanyakan pada tokoh-tokoh yang Anda kagumi.

Coba simak kutipan berikut ini dari Jon Carrol:

“Success is boring. Success is proving that you can do something that you already know you can do, or doing something correctly the first time, which can often be a problematical victory. First-time success is usually a fluke. First-time failure, by contrast, is expected; it is the natural order of things.

Failure is how we learn. I have been told of an African phrase describing a good cook as ’she who has broken many pots.’ If you’ve spent enough time in the kitchen to have broken a lot of pots, probably you know a fair amount about cooking. I once had a late dinner with a group of chefs, and they spent time comparing knife wounds and burn scars. They knew how much credibility their failures gave them.“

Akhir kata, menjadi sukses itu adalah perkara mudah, jika Anda senantiasa memahami seni bangkit kembali.

Jadi apakah Anda sudah mengalami kegagalan hari ini? Jika ya, selamat!

Mengatasi Rasa Malu Dalam Situasi Sosial

Rasa canggung dan malu, atau shyness, bukan hanya dialami oleh orang-orang yang merasa dirinya introvert. Saya menemukan orang yang ekstrovert juga mengalami fenomena tersebut, namun mereka mengerti bagaimana cara mengeluarkan diri dari tekanan tersebut.

Apa sebenarnya yang membuat orang merasa malu? Saya menyebutnya dengan istilah Omni Mirror Syndrome (OMS), alias orang-orang tersebut seolah merasa dikelilingi cermin yang selalu mengikuti kemana saja, sehingga mereka bisa terbayang ‘melihat’ apa yang sedang mereka lakukan. Istilah lainnya yang lebih dikenal adalah ‘terlalu sadar diri’ yang menyebabkan mereka sulit untuk bertindak lepas karena takut menampilkan imej yang jelek atau salah.

Bernardo Carducci, pimpinan dari Indiana University Southeast Shyness Research Institute, memiliki penjelasan yang ilmiah mengenai fenomena tersebut.

“The next time you’re invited to a party but afraid to go, try to remember that shyness may affect up to 40 percent of the population, but it doesn’t have to be a life sentence. Despite beliefs to the contrary, shyness is not completely hardwired. This is because shyness requires a sense of self—which develops only after about 18 months of age. It involves feelings of excessive self-consciousness, negative self-evaluation and negative self-preoccupation, he explained. “

Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek kaca tersebut?

Pindahkan fokus Anda pada hal-hal eksternal di luar tubuh Anda, mis. makanan/minuman di atas meja, pakaian orang lain, keanehan yang terjadi di ruangan, suara musik di latar belakang, dan yang paling mudah… isi pembicaraan orang lain!

Anda akan merasa terbebas ketika Anda berhenti memandangi bayangan refleksi diri Anda sendiri di dalam kepala. Kita begitu terpaku dengan rasa malu dan canggung jika terlalu sibuk memperhatikan diri sendiri, berdialog dan mengomentari suara-suara yang ada di kepala kita tentang refleksi bayangan dari kaca diri. Jika kita memecahkan kaca tersebut dan menaruh konsentrasi pada segala sesuatu yang di terjadi di dunia nyata, maka rasa malu tersebut berangsur-angsur memudar.

Bagaimana langkah praktis untuk mengaplikasikan ini dalam situasi romansa? Ketika baru berkenalan, hindari topik-topik tentang diri Anda sendiri karena itu akan mengaktifkan OMS yang memicu sikap gelagapan, kaku dan sebagainya.

Kebahagiaan atau Ilusi Kebahagiaan?

Ambil posisi duduk yang nyaman. Tarik nafas dengan dalam. Tenangkan diri Anda. Karena hari ini kita akan santai saja, belajar bahwa memiliki kepuasan secara materi dan finansial, penampilan yang selalu terawat dan menawan hati, serta kehidupan dikagumi oleh banyak orang akan membuat hidup Anda terasa tidak bahagia.

Bukan saja kebahagiaan tidak terletak pada sisi akibat, tapi juga kebahagiaan berada ribuan kilometer jauhnya dari hal-hal yang terlihat menyenangkan. Semakin kita berhasil menciptakan kebebasan finansial, kesempurnaan fisik, dan hidup populer, semakin kita merasakan kurang bahagia. Demikian hasil kesimpulan dari para peneliti di Universitas Rochester, Amerika Serikat.

“What’s striking and paradoxical about this research is that it shows that reaching materialistic and image-related milestones actually contributes to ill-being; despite their accomplishments, individuals experience more negative emotions like shame and anger and more physical symptoms of anxiety such as headaches, stomachaches, and loss of energy.“

Saya sendiri telah banyak terlibat dan mengalami sendiri bagaimana hasil penemuan itu benar-benar nyata, lebih dari sekedar teori di atas kertas saja. Anehnya, jika kita datang ke pertemuan bisnis tipikal multi level marketing, Anda mendapatkan suasana yang begitu berbeda. Mereka terlihat begitu bahagia dengan peraihan tingkat-tingkat prestasi tertentu dalam struktur organisasinya. Mereka menampilkan banyak foto-foto orang bersenyum lebar dengan deretan gigi putih sehat dengan latar belakang Menara Eiffel, Colloseum, dan kapal-kapal pesiar. Mereka terlihat… bahagia!

Hmmm, apa yang terjadi? Mengapa bertentangan dengan riset dari para ilmuan di atas? Saya beritahu kata kuncinya: terlihat. Jika hanya sekedar mengamati, Anda akan terkecoh dengan apa yang diterima oleh sensor-sensor visual. Kita mudah termanipulasi dan memanipulasi diri, ingat?

Beberapa hari yang lalu saya menonton dokumenter Michael Jackson. Ketika sang jurnalis memintanya ditunjukkan beberapa gerakan dansa yang sangat terkenal itu, Michael berdecak kaget, tersenyum simpul sambil menunduk, berkali-kali menolak permintaan itu. Sungguh diluar dugaan, seorang Michael Jackson benar-benar merasa malu dan canggung!

Saya pribadi kini lebih percaya dengan apa yang sudah diteliti oleh para ilmuan tersebut. Kekayaan dan popularitas adalah hal yang menyenangkan yang ilusif, tapi seringkali bukanlah hal yang membahagiakan. Sementara kebahagiaan itu sendiri, mengutip tulisan saya dahulu, “… hanyalah by-product, atau hasil atau efek, dari sebuah hidup yang bermakna.”

Kenali apa yang Anda kejar selama bertahun-tahun ini. Tentukan pilihan Anda: mengejar kebahagiaan atau ilusi kebahagiaan?

“Individuals who value personal growth, close relationships, community involvement, and physical health are more satisfied as they meet success in those areas. They experience a deeper sense of well-being, more positive feelings toward themselves, richer connections with others, and fewer physical signs of stress.“

Tarik nafas yang dalam lagi. Ucapkan terima kasih di dalam hati. Dan ijinkan kaki Anda berlari ke arah yang benar tanpa ada keragu-raguan lagi. Sampai jumpa di ujung sana.

3 Fakta Tubuh Yang Tidak Anda Ketahui

Tulisan hari ini singkat saja. Saya mengutip dari Live Science yang mendaftarkan 10 hal yang tidak kita ketahui tentang diri kita sendiri. Dari daftar tersebut, saya hanya mengambil tiga buah saja yang paling potensial memberikan aplikasi praktis setiap harinya…

1. Posisi Tubuh Mempengaruhi Memori. Memori manusia terpaku, terekam di dalam tubuh dan indera kita. Sebuah artikel di publikasi Cognition melaporkan bahwa Anda akan lebih cepat dan jelas mengingat apa yang terjadi di masa lalu ketika Anda mengambil posisi tubuh yang serupa dengan kejadian di masa itu.

2. Sebagian Besar Makanan Kita Berguna Untuk Memacu Kinerja Otak. Sekalipun hanya berkisah 2% dari total berat tubuh, otak manusia membutuhkan pasokan 20% oksigen dan kalori tubuh. Dan pasokan tersebut didapatkan dari hasil pengolahan makanan dan pernafasan.

3. Dunia Tertawa Bersama Dengan Kita. Sama seperti melihat orang menguap dapat memancing kita ikut menguap, tawa juga ternyata memberikan efek yang sama. Mendengarkan suara tawa akan memicu area dalam otak kita yang terasosiasikan dengan gerakan otot wajah, baik hal tersebut disadari maupun tidak disadari.

Tugas Anda hari ini adalah berpikir bagaimana tiga pengetahuan baru ini akan membuat hidup Anda lebih baik, khususnya pada area kehidupan sosial cinta dan romansa. Jika ada ide, silakan berbagi di kolom komentar.

Merasa malas berpikir dan agak buntu? Sepertinya Anda perlu lebih memperhatikan poin nomor dua di atas.

Jatuh Cinta dan Gangguan Jiwa

Pertama kali melihat Helen Hunt dalam serial Mad About You, saya langsung jatuh cinta dan mad about her. Satu dekade kemudian, film Bridget Jones’ Diary berhasil membuat saya tergila-gila dengan Renée Zellweger. Hmm, menarik sekali karena jika berbicara soal cinta dan gangguan jiwa, ternyata keduanya adalah hal yang sama.

Anda pasti mengerti apa yang saya maksud. Ketika panah cinta tertancap, Anda seperti orang yang dirasuki tanpa memandang itu kasus cinta monyet, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta berbalas, cinta lokasi, atau cinta-cintaan lainnya. Seluruh tubuh direndam oleh berbagai hormon kimia yang bukan saja menyenangkan, namun juga membuat Anda terlihat tidak seperti biasanya.

Lauren Slater, seorang peneliti yang menulis di majalah National Geographic, menjelaskan bahwa orang yang mengalami jatuh cinta memiliki kandungan biokimia yang serupa dengan orang yang menderita gangguan obsesif kompulsif (dikenal dengan istilah OCD). Cinta dianggap dapat membuat seorang yang sehat jadi bertingkah seolah memiliki penyakit patologis.

Sekedar gambaran, jika Anda tidak tahu apa itu penyakit OCD, ingat-ingat perilaku Nicholas Cage di Matchstick Men, Jack Nicholson di As Good As It Gets, Tony Shalhoub dalam Monk, atau Leonardo diCaprio dalam The Aviator.

“So far we have relied on stories to explain the complexities of love, tales of jealous gods and arrows. Now, however, these stories—so much a part of every civilization—may be changing as science steps in to explain what we have always felt to be myth, to be magic. For the first time, new research has begun to illuminate where love lies in the brain, the particulars of its chemical components.“

Saya sudah pernah sedikit mengungkit proses kimiawi ini tempo hari, jadi hari ini adalah sebagian lainnya yang terhubung dengan fenomena gangguan-gangguan kejiwaan.

* Cinta mengaktifkan area di dalam otak yang terhubung dengan kenikmatan dan memicu dopamine sehingga seseorang mengalami energi yang intens, peningkatan fokus, halusinasi, kecerobohan, dan keriangan yang tidak beralasan.

* Orang yang mengalami jatuh cinta dan OCD memiliki tingkat serotonin 40% lebih rendah daripada orang normal, dan keduanya bisa dihentikan dengan mengkonsumsi Prozac, Paxil, Aurorix, dan obat anti-depresan lainnya. Ini adalah sesuatu yang sangat menarik: keriangan, kebahagiaan dan kegilaan asmara Anda bisa dibilang sebagai salah satu bentuk depresi! :D

* Secara biologis, perasaan jatuh cinta itu perlahan-lahan memudar karena otak kita setelah sekian lama mengadaptasikan diri dengan cekokan dopamine sehingga tidak sesensitif sebelumnya. Ini sama seperti sebagian orang yang sudah terbiasa minum alkohol lama-kelamaan semakin kebal dan mampu bertahan minum tanpa jadi mabuk.

* Dr Frank Tallis menuliskan dalam majalah The Psychologist bahwa mabuk cinta merupakan hal yang serius. Gejala-gejalanya seperti hypomania, mood yang melayang, terlalu murah hati, depresi, mudah menangis, insomnia, kehilangan konsentrasi, sakit perut, kehilangan nafsu makan, pusing, dan mudah linglung.

* Sebegitu seriusnya gangguan karena jatuh cinta, Dr. Alex Gardner, seorang psikolog klinis dari British Psychological Society, menyatakan demikian, “You can get into a state of despair and hopelessness. Hopelessness is like a pit… when you are in it, it is very hard to get out.
You have no vision and there is no way forward that you can see. You find yourself in such a state of despair that you just curl up and die. People in any stage of love (lust, romantic or long-term) can experience love sickness.“

* Cinta beroperasi di ventral pallidum, atau pusat area kenikmatan di dalam otak, sekaligus bagian yang aktif ketika seseorang menikmati candu. Dikombinasikan dengan siraman hormon-hormon tubuh lainnya, muncullah gangguan yang mengakibatkan seseorang kecanduan dengan kekasih idamannya. Dan ketika tidak mendapatkan balasan cinta, maka ia akan bertingkah sama seperti seorang pecandu yang kesakitan mencari-cari obatnya.

Apa saya bilang kemarin, benarkan Anda pasti pernah mengalami gangguan kejiwaan? ;)

“The similarities between passionate love and mental illness have been noted since classical times. The ancient Greeks employed the term ‘theia mania’ (or madness from the gods) to describe the sudden overthrow of reason associated with falling in love, and the principles of Hippocratic medicine provide a mechanism that explains why lovers are prone to emotional distress. According to the humoural model, if love becomes too heated, vital fluids evaporate creating a cold, dry state known as love melancholy.“

Langkah Instan Atasi Emosi Akibat Konflik

Konflik antar pribadi sulit untuk dihindari. Setiap harinya pasti terjadi, baik dalam situasi persahabatan, keluarga, maupun romansa. Sebagai akibat, perdebatan dan penolakan yang terjadi dalam konflik tersebut membuat kita merasa terbuang, sendirian, tidak dimengerti dsb.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Journal of Experimental Social Psychology, Jaye Derrick dan Shira Gabriel dari Universitas Buffalo mengemukakan sebuah penemuan penting bahwa perasaan-perasaan negatif tersebut dapat ‘diredakan’ dengan cara menonton acara TV favorit.

“A common experience following a threat to interpersonal relationships, such as a fight, or social rejection, is lowered self-esteem and negative mood. However, the researchers found that those participants who experienced a relationship threat and then watched their favorite TV show were buffered against the blow to self-esteem, negative mood, and feelings of rejection.“

Jadi apapun rasa kesepian atau kesal yang Anda alami, Anda selalu bisa mengeluarkan diri dari ikatan emosional tersebut. Misalnya, ketika seorang wanita yang mendadak membatalkan janji pertemuan, daripada merasa dongkol seharian penuh, Anda bisa mengatasinya dengan menyalakan TV dan menonton tayangan yang menarik di sana. Setidaknya sampai emosi Anda mereda.

Pertanyaannya sekarang adalah… bagaimana jika Anda tidak bisa menemukan acara TV yang bagus?

MANUSIA ADALAH MAKHLUK MANIPULATIF

Sepertinya judul itu bukan hal yang baru alias rahasia umum. Namun bagaimana jika saya beritahu bahwa kemampuan manipulatif itu tidak kita terapkan pada orang lain, tetapi juga melakukannya pada diri sendiri? Atau lebih tepatnya, kita sering memanipulasi perasaan bahagia dan kepuasan yang kita alami.

Misalnya, secara logika umum dalam teori ekonomi, ketika dihadapkan dengan peningkatan harga, kita akan menurunkan minat dan permintaan. Anda pasti sepenuhnya setuju dengan hal itu. Sejumlah penelitian terbaru membuktikan fenomena sebaliknya.

* Jika Anda memberitahu bahwa wine (anggur) yang seseorang sedang minum seharga $90, maka ia merasakan anggur itu lebih nikmat dan memuaskan dibandingkan Anda memberitahu anggur yang sama hanya seharga $10.

* Jika Anda memberi seseorang obat sakit kepala senilai $2.50, maka ia bisa meredakan rasa sakit lebih ampuh dibandingkan Anda memberitahu obat yang sama itu hanya senilai 50 sen.

* Jika Anda menjual minuman penambah energi (seperti Kratingdaeng, Lipovitan, dsb) dengan diskon 50%, maka orang yang meminumnya mengalami peningkatan performa jauh lebih sedikit dibandingkan jika dia membeli minuman yang sama dengan harga penuh tanpa diskon.

Kita terbiasa memanipulasi pikiran kita sendiri untuk percaya bahwa jika sebuah barang lebih mahal, indah, menawan, atau populer, maka ia pasti memiliki kegunaan dan efek yang lebih baik atau memuaskan. Padahal seringkali itu tidak selalu berarti demikian.

Masih pada prinsip yang sama dan sedikit diperlebar, kita terbiasa berpikir akan merasa lebih bahagia dan puas jika kita memiliki barang mahal tertentu, bersanding pasangan dengan tingkat kecantikan tertentu, dsb. Itu sebabnya kita memaksakan diri untuk bekerja siang malam demi mengumpulkan uang banyak dan bertahan dalam hubungan romansa yang penuh awan beracun demi tetap memiliki kekasih yang begitu mempesona.

Saya tidak menyatakan sikap-sikap tersebut salah atau buruk, melainkan hanya menyentil kesadaran kita saja. Siapa tahu apa yang Anda baru ketahui hari ini bisa menjelaskan masalah-masalah besar yang menghantui Anda entah semenjak berapa lama yang lalu.

Kebahagiaan : Sebab atau Akibat?

Melihat kebiasaan orang banyak, kebahagiaan seringkali menjadi tujuan hidup. Dengan kata lain, kita berusaha keras melakukan sesuatu agar bisa mendapatkan, atau setidaknya mencicipi, apa yang disebut sebagai kebahagiaan.

Contoh paling sederhana dan sering ditemukan adalah berpikir bahwa kekayaan akan membawa manusia pada kebahagiaan. Sekilas itu terasa rumus yang paling logis. Jika kita banyak uang dan bisa membeli apa saja yang diinginkan untuk sebuah kehidupan nyaman, tidakkah kita akan merasa bahagia?

Jurnal Science mengungkap fakta sebaliknya.

“Your next raise might buy you a more lavish vacation, a better car, or a few extra bedrooms, but it’s not likely to buy you much happiness. Measuring the quality of people’s daily lives via surveys, the results of a study reveals that income plays a rather insignificant role in day-to-day happiness. Although most people imagine that if they had more money they could do more fun things and perhaps be happier, the reality seems to be that those with higher incomes tend to be tenser, and spend less time on simple leisurely activities.“

Menjadikan kebahagiaan sebagai sebuah Akibat sepertinya akan membuat kita justru merasakan sebaliknya. Sama seperti banyak pria dan wanita yang ingin memiliki pacar/kekasih supaya mereka bisa merasa lebih bahagia. Secara logika, masuk akal. Tapi dalam realita, pola seperti itu adalah racun yang sangat merusak.

Saya berpendapat bahwa kebahagiaan selayaknya berada pada sisi Penyebab, sebagaimana apa yang disampaikan oleh hasil penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa orang yang berbahagia cenderung mendapatkan lebih banyak kesuksesan dalam hidup, karir, dan aspek finansial.

Misalnya, seseorang yang merasa bahagia pada usia 18 ternyata akan mencapai kebebasan finansial, peraihan karir yang lebih tinggi dan keleluasaan bekerja ketika menyentuh usia 26. Semakin seseorang menciptakan kebahagiaan di dalam dirinya, semakin besar kemungkinan dia menciptakan prestasi yang luar biasa di dunia kerja.

“But before we find yet another reason to be envious of very happy people (not only do they get to feel great, but they get to have good jobs and make more money as well!), consider what the research on happiness and work suggests. It suggests that, when it comes to work life, we can create our own so-called “upward spirals.” The more successful we are at our jobs, the higher income we make, and the better work environment we have, the happier we will be. This increased happiness will foster greater success, more money, and an improved work environment, which will further enhance happiness, and so on and so on and so on.“

Anda dan saya bertanggung jawab untuk menempatkan kebahagiaan sebagai penyebab segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, bukan sebaliknya.

Membeli Kebahagiaan?

Hanya ada dua hal di dunia ini yang bisa membuat orang tersenyum merekah bahagia dengan wajah puas berseri di tengah malam: seks dan midnite sale. Jadi ketika beberapa hari lalu saya dan kekasih berselancar di keramaian sebuah pusat perbelanjaan besar yang sedang mengadakan pesta diskon tengah malam tersebut, memperhatikan keriangan lautan manusia dengan kantong belanjaan warna-warni mereka, saya tidak bisa berhenti berpikir, “Benarkah kita bisa membeli… kebahagiaan?”

Banyak sebab-akibat kebahagiaan dan ilusi kebahagiaan, termasuk kemarin tentang bagaimana penelitian lebih dari 70 tahun membuktikan bahwa kondisi finansial tidak mampu memberikan kebahagiaan. Hari ini saya akan mengambil satu langkah lebih maju lagi dengan mengungkap bagaimana seni memakai uang dan kekayaan untuk meningkatkan kebahagiaan.

Ya, Anda tidak salah dengar… jika Anda mengerti bagaimana caranya memakai uang secara bijak, maka Anda akan menikmati hidup dengan lebih bahagia. Uang adalah budak yang baik, namun tuan yang buruk. Jadi nafsu untuk memiliki dan membeli-lah yang membuat Anda kehilangan kebahagiaan, karena hal-hal tersebut merongrong jiwa Anda sehingga merasa kurang sempurna (atau dalam arti lain, tidak bisa bahagia dengan diri Anda sendiri).

“Psychologists and economist have found that money does matter to your sense of happiness, but it doesn’t matter that much. Beyond the point at which people have enough to comfortably feed, clothe, and house themselves, having more money—even a lot more money—makes them only a little bit happier. Recent other studies have suggested that merely thinking about money makes us more solitary and selfish, and steers us away from the spending that promises to make us happiest.“

Jika ingin membeli candu kebahagiaan, pastikan Anda tidak mengeluarkannya untuk konsumsi barang, melainkan untuk konsumsi pengalaman. Mengapa barang dan materi tidak bisa membuat kita merasa bahagia? Alasannya terletak pada salah satu dari sifat syaraf manusia: membiasakan diri (habituation). Ketika sensor kita dihadapkan pada data stimulus yang sama berulang-ulang kali, maka sel-sel tersebut akan jenuh, berhenti beroperasi dan tidak menikmatinya lagi.

Otak manusia awalnya akan memperlakukan jam baru yang Anda miliki sebagai barang mahal yang lux dan memuaskan, namun tunggu saja beberapa lama, otak berangsur-angsur menginterpretasikannya sebagai onggokan besi yang berdetik. Itulah efek biopsikologis yang terjadi pada materi apapun yang kita beli. Dan bukan hanya sel otak kita membiasakan diri terhadap barang-barang tersebut, namun sel-sel itu juga kecanduan untuk mencari barang-barang baru lainnya untuk merasakan sensasi yang serupa. Akibatnya kita selalu dibayang-bayangi rasa takut dan kecewa.

Sebaliknya, konsumsi pengalaman, menurut Drake Bennet dalam tulisannya Happiness: A buyer’s guide, adalah hal-hal yang tidak akan lekang oleh waktu. Sel sensor otak juga tidak akan menjadi bosan dan kehilangan sensasi sekalipun sebuah pengalaman sudah terjadi beberapa minggu, bulan, atau tahun yang lalu. Justru semua memori pengalaman-pengalaman akan bertambah indah dan membahagiakan seiring pertambahan waktu.

Jadi praktisnya, jika Anda ingin meningkatkan kebahagiaan, gunakan uang Anda untuk liburan, makan siang atau makan malam yang sedikit lebih unik atau eksotis, mencoba tempat-tempat aktifitas baru, menyaksikan pertunjukan, dsb. Lebih jauh lagi, Anda akan jauh lebih berbahagia jika membelikan pengalaman-pengalaman tersebut untuk orang lain yang Anda sayangi, bukannya untuk diri sendiri.

“Taking a friend to lunch, it turns out, makes us happier than buying a new outfit. Splurging on a vacation makes us happy in a way that splurging on a car may not. So one of the best predictors of happiness is a strong social network; spending money on others is the one thing sure to make us significantly happier. Money makes you most happy if you don’t spend it on yourself. Of course not giving it all away, but just reallocating as little as $5 on a given day can make a difference in happiness.“

Kembali lagi ke pemandangan midnite sale beberapa malam yang lalu itu, saya tidak memungkiri mereka terlihat bahagia, sekaligus saya meringis pilu terbayang akan kesendirian, kelelahan dan keterpurukan hubungan mereka dengan orang-orang yang disayangi ketika efek candu itu mereda. Mengutip istilah Michael Eysenck, “a hedonic threadmill.”

Saya harap Anda kini bisa lebih bijaksana dalam membeli kebahagiaan. Pastikan Anda sudah terlebih dahulu bahagia sebelum bersusah-susah mengeluarkan uang untuknya. Dan oh ya, tentang kebahagiaan di tengah malam, berdasarkan pengalaman, saya sangat-sangat merekomendasikan Anda untuk menggabungkan kedua hal tersebut sekaligus. Puncak pengalaman yang sensasional… percayalah!

Meneliti Kebahagiaan

Hari ini saya akan mengungkit sebuah penelitian fantastis yang dilakukan oleh Harvard Study of Adult Development untuk mempelajari rahasia kebahagiaan. Saya menganggapnya fantastis karena ini adalah proyek terlengkap dan terpanjang yang pernah dilakukan. Selama 72 tahun, para peneliti merekam dan menganalisa 268 pria yang masuk kuliah di akhir tahun 1930an dulu, mengikuti mereka di sepanjang era perang, karir, pernikahan dan perceraian, serta masa-masa lanjut usia hingga waktu kematiannya.

Jika memang ada waktu, saya sangat menyarankan Anda membaca artikel aslinya. Tapi jika ingin ringkas dan sederhana, silakan serap poin-poin yang akan mengubah persepsi Anda ini yang ditemukan oleh George Vaillant, sang psikiater, yang menggawangi proyek megah tersebut.

Menurutnya, segala sesuatu yang manusia lakukan terpicu dari sebuah mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini analoginya sama seperti darah kita yang secara otomatis menjaga keseimbangan tubuh dengan cara menggumpal, mengental ketika permukaan kulit tergores luka. Ketika kita mengalami tekanan atau tantangan hidup apapun -seperti bertemu orang baru, putus cinta, pindah kerja, kematian keluarga, dsb- jiwa kita akan otomatis ‘mengeluarkan reaksi gumpalan emosi tertentu’ untuk mencegah ‘pendarahan jiwa’.

Jadi amarah, keputusasaan, kecanduan, dendam, usaha cari perhatian, kekerasan, dan tindakan-tindakan emosional negatif lainnya sebenarnya adalah usaha Anda melindungi diri agar tidak terluka/tertekan lebih jauh. Singkat kata, Anda cenderung bertindak negatif agar bisa merasa positif. Sebuah ironi kehidupan yang harus Anda sadari dan berusaha hindari.

“Positive emotions make us more vulnerable than negative ones. One reason is that they’re future-oriented. Fear and sadness have immediate payoffs—protecting us from attack or attracting resources at times of distress. Gratitude and joy, over time, will yield better health and deeper connections—but in the short term actually put us at risk. That’s because, while negative emotions tend to be insulating, positive emotions expose us to the common elements of rejection and heartbreak.“

Inilah salah satu alasan utama mengapa ada banyak sekali orang yang berkata mereka ingin dicintai, bahagia, dihargai, namun mereka memanipulasi diri, melakukan hal-hal yang justru membuat mereka justru sulit dicintai, sulit bahagia, dan sulit dihargai. Mereka menutup diri, menyiksa diri, jatuh cinta pada rasa sakit, karena setidaknya rasa sakit itu benar-benar nyata pada saat itu juga (immediate payoffs), dibandingkan harus beresiko membuka diri dan menunggu kebahagiaan sebenarnya yang butuh waktu.

Vaillant, berdasarkan pengamatannya selama tujuh puluh tahun, mengidentifikasi ada tujuh kondisi penting untuk menjamin mekanisme pertahanan yang sehat (agar seseorang bisa merasa bahagia): membiasakan diri beradaptasi, pendidikan, pernikahan yang stabil, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol berlebihan, rutin olahraga, dan menjaga berat tubuh ideal. Perhatikan baik-baik bahwa kekayaan dan kestabilan finansial, persis seperti telah saya tulis sebelumnya, tidak termasuk dalam tujuh kondisi yang membahagiakan di atas. Selain kekayaan bersifat immediate payoffs seperti di atas, kebahagiaan sepenuhnya tergantung pada kemampuan Anda untuk menciptakan gumpalan positif ketika menghadapi tekanan dari luar.

Bayangkan diri Anda seperti kerang yang harus membuka diri untuk disakiti oleh debu dan kerikil masalah agar jiwa Anda bisa beradaptasi dan mengeluarkan enzim-enzim penting untuk mengkristalkan rasa sakit itu menjadi mutiara yang berharga.

Perhatian dan Kesadaran

Apakah kita baru menyadari sesuatu setelah kita memperhatikannya, ataukah kita bisa menyadari sesuatu sebelum kita memperhatikannya? Apakah perhatian akan sesuatu menjamin kita menyadarinya? Apakah kesadaran akan sesuatu berarti kita sudah memperhatikannya? Apakah perhatian dan kesadaran adalah hal yang sama?

Hampir seluruh hal yang saya lakukan dalam terapi, training, dan blog ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saya percaya bahwa untuk bisa melangkah dan meningkatkan diri, seseorang wajib untuk sepenuhnya menyadari dan mengetahui di mana ia berada, apa saja yang terjadi dalam hidupnya, dan bagaimana hal-hal tersebut membawanya sampai di titik tersebut.

Analogi sederhananya, untuk bisa sembuh dari penyakit, Anda harus bisa mendiagnosanya terlebih dahulu sebelum bisa menentukan obat atau perawatan yang perlu dilakukan. Solusi adalah sebuah kesia-siaan, atau bahkan racun, jika Anda tidak pernah mengetahui kondisi Anda yang sebenarnya. Saya menyebutnya, “To know yourself is to heal yourself.”

Namun hari ini saya belajar hal yang baru yang sangat menarik: perhatian dan kesadaran adalah dua hal yang berbeda. Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya dari California Institute of Technology meneliti hewan primata dan menemukan bahwa mata mereka menerima sekitar 1 juta informasi (sangat berbeda dengan manusia) tiap detiknya, dan otak menyeleksi sebagian kecil yang penting saja untuk diproses secara real time, sementara sisa data lainnya dibiarkan tersimpan tanpa diproses.

Hal tersebut dikenal sebagai ‘perhatian’. Sementara apa itu kesadaran?

“Consciousness is surmised to have substantially different functions from attention. These include summarizing all information that pertains to the current state of the organism and its environment and ensuring this compact summary is accessible to the planning areas of the brain, and also detecting anomalies and errors, decision making, language, inferring the internal state of other animals, setting long-term goals, making recursive models and rational thought.“

Mereka menyampaikan bahwa bukan saja Perhatian dan Kesadaran merupakan dua proses mental yang berbeda, tapi juga salah satu bisa terjadi tanpa kehadiran yang lainnya, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi lain, dimana sekelompok partisipan menilai seberapa menarik foto pria dan wanita yang ditampilkan di layar komputer selama 0.013 detik. Sekalipun mereka semua melaporkan tidak sempat menyadari detil gambar wajah-wajah tersebut, mereka ternyata mampu secara akurat memberikan nilai rata-rata yang sama. Ini artinya Anda bisa memperhatikan sesuatu tanpa pernah menyadari apa itu sepenuhnya.

Bagaimana dengan sebaliknya, kesadaran tanpa perhatian? Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya memberikan sejumlah contoh yang agak berbeda dengan studi sebelumnya di atas. Partisipan studi diminta melihat tampilan foto secara mendadak selama 0.030 detik. Mereka semua melaporkan dapat menyebut gambaran umum tentang wajah yang bersangkutan, sekalipun sama sekali tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka lihat.

Agak sulit dimengerti, jadi saya berikan contoh versi yang lebih sederhana saja dalam kasus romansa: Anda selalu menyadari bahwa kekasih Anda menerima dan mencintai Anda apa adanya, namun baru benar-benar memperhatikan betapa langka dan berharganya hal tersebut ketika dia sudah tidak ada lagi di samping Anda.

Sebagai tambahan, saya menemukan sebuah studi lainnya lagi yang menyatakan bahwa membuyarkan konsetrasi perhatian seseorang akan sesuatu akan meningkatkan kesadarannya akan hal tersebut.

Ah, menarik sekali…

Jujur, saya tidak tahu seberapa menarik pembelajaran ini bagi Anda. Saya tidak tahu apakah Anda mengerti apapun yang saya tulis ini. Saya juga tidak tahu bagaimana pengetahuan ini dapat diaplikasikan secara praktis. Yang jelas tujuan tulisan saya, seperti hari-hari lainnya, adalah meningkatkan perhatian dan kesadaran agar menjadi lebih baik, lebih awas, lebih maksimal.

Some Funny Things in Life that We Should Think Over

Ada beberapa hal unik yang pasti terjadi dalam kehidupan kita, bahkan yang termasuk dibingkai dalam sebuah jalan kebenaran, hehehe... Dalam artikel berikut ini ada beberapa hal unik yang menurut gw kayaknya perlu dipertimbangkan kembali. Nikmati saja dengan kebesaran hati dan bukan dengan kepala panas, hahaha...

Hidup yang Terindah adalah SAAT INI
Topik ini masih terus jadi bahan perbincangan karena pro-kontra past life regression. Pihak yg pro, ngeklaim bahwa itu bisa bantu buat ilangin trauma/phobia, empowering, membuktikan adanya kehidupan lampau (dan tumimbal lahir), dsb. So, masalahnya adalah Sang Guru Agung yang menjadi sumber utama ajaran tumimbal lahir sendiri, pada 2500 tahun yang lampau sudah menyampaikan bahwa “Hidup yang Terindah adalah SAAT INI”, bukan masa lalu dan juga bukan masa depan. Lalu dengan kebenaran itu (yang pastinya juga diyakini dengan sepenuh hati) mengapa pula masih harus selalu “dilanggar”, hehehe...

Gini, supaya simpel, kalo anda yang sering nonton acara di SCTV, “Uya Memang Kuya” sebenernya udah bisa dapet gambaran yang jelas bahwa otak kanan kita (alam bawah sadar) kita menyimpan persepsi dan rasa kita terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Andai tidak ada otak kiri yang bertugas mengontrol kesadaran kita, maka sudah pasti kehidupan ini pasti akan “kacau”, karena semua rasa yang ada tidak akan pernah mampu “disensor” dan “bocor” semualah rahasia kita, hahaha...

Jadi, anda bisa bayangin gak, kalo emang semua persepsi (termasuk film2x yang paling berkesan yang pernah kita tonton) itu “lolos tanpa sensor” gitu aja ke otak kanan kita, maka kira2x cukup masuk akal khan kalo pada saat proses past life regression itu, “penglihatan” kita akan masa lampau itu juga bisa aja terkena bias film2x yang kita pernah tonton, hehehe...

Yang kedua adalah, metode ini juga belum mampu dibuktikan secara scientific, apakah yang dilihat itu beneran past life dia ataukah udah kecampur ama film2x yang dia pernah tonton (bahkan termasuk khayalan atau ilusi pribadinya, hehehe...). Yang ketiga adalah, apakah masa lalu bisa dirubah? Hehehe... Kalo emang masa lalu bisa diubah, wah metode ini sangat bagus, hehehe... Yang keempat adalah, setiap masa kehidupan pasti punya masalah dan trauma/phobianya masing2x, dan itu termasuk masalah dan trauma/phobia yang muncul pada kehidupan kita masa kini. Jadi, ketimbang “balik/mundur ke masa lalu hanya untuk memperbaiki trauma/phobia atau bahkan kualitas hidup” kenapa juga nggak diberdayakan kemampuan tersebut pada kehidupan saat ini? hehehe... Toh sama aja, kata Gus Dur mah, gitu aja koq repot (kalo hasilnya sama aja, hehehe...).

Seperti yg udah gw jelasin di atas, setiap masa kehidupan pasti punya masalahnya masing2x, sekarang anda bisa bayangin gak, kalo kita semuanya inget semua masa2x kehidupan lampau kita namun tanpa dibekali kebijaksanaan yang cukup, yang ada bukannya kebahagiaan, tapi ketakutan dan kekuatiran baru (apabila misalnya dia ngeliat masa lalunya jelek) atau over PD segokil-gokilnya (kalo yang dy liat kebetulan yg bagus2x dan yang baek2x, hehehe...). Lagipula, setiap kali ada demo ttg materi ini, kenapa juga koq kelahiran lampaunya selalu jadi manusia, padahal logikanya, kita gak selamanya lahir jadi manusia loh (bisa aja jadi binatang, iblis bahkan terlahir di neraka, hehehe...). So, ini adalah hal lucu pertama yang perlu kita pikir ulang.

Kalo gw sich fleksibel aja. Gw tetep jelasin apa adanya tentang past life regression ini kepada klien, kalo pun mereka memaksa, gw tetep akan layani, karena manfaat dari terapi ini sungguh sangat tergantung pada kenyamanan klien. Gw gak mau bohongin klien dan karenanya gw jg gak takut kehilangan klien, hehehe... Jadi gw slalu jelasin dulu kebenarannya, baru keputusan gw serahin ama klien, tetep mau pake metode itu ato nggak, hehehe... Sejauh ini, lebih dari 98% klien gw, akhirnya mengganti metode terapinya dengan present life empowering, sedangkan sisa 2%-nya masih tetep keukeuh dengan past life karena rasa penasaran mereka, yo wis lah, ya tetep gw layanin, yang penting mereka happy dan puas, sedangkan gw gak juga gak merasa ngebohongin klien (karena sebelumnya gw slalu ceritain dulu apa adanya semua kebenaran ttg past life itu, hahaha...). So, saran gw adalah, kalo emang bener2x yakin kepada semua ajaran Guru Agung Sang BUDDHA, marilah kita sama2x kembalikan kemurnian ajaran tersebut dengan kembali ke kehidupan kekinian, karena pada akhirnya hidup yang terindah adalah SAAT INI.

Di Atas Langit Pasti Akan Selalu Ada Langit
Kali ini gw mau share ttg “No. 1 Syndrome”. Beberapa waktu lalu, ada seorang sahabat yang share tentang kawannya yang sekarang terbaring tanpa daya di ICU sebuah rumah sakit dengan alat-alat penopang kehidupan yang harga sewanya cukup menyesakkan dada dan menjebol kantong luar dalam. Mungkin peristiwa ini biasa saja, tapi kalo ngeliat latar belakangnya, mungkin anda semua bisa miris. Sakit sang ibu ini berasal dari tekanan mental yang tidak sanggup dia pikiul lagi dan kemudian malah “menghantam” fisiknya hingga hancur total (ini membuktikan kebenaran ajaran Buddha bahwa “Pikiran adalah Pelopor”).

Dulu, sang ibu ini adalah wanita karir yang sangat sukses. Namun ketika roda berputar dan ia akhirnya harus kehilangan pekerjaannya karena perusahaanya terpaksa harus tutup karena bangkrut, maka masalah mulai muncul. Ia ternyata mengalami kesulitan mencari pekerjaan yang baru, karena posisinya yang begitu tinggi di tempat pekerjaannya yang terdahulu, membuat banyak perusahaan tidak berani menerima dia (karena kuatir tidak bisa memenuhi standar sang ibu yang kebetulan memiliki prestasi yang sangat istimewa). Akibatnya ibu ini mengalami stres yang berat dan berkepanjangan karena gak mampu menerima kondisinya sekarang dan akhirnya mempengaruhi fisiknya hingga drop total.

Segala cara sudah dilakukan keluarga, namun menurut dokter, hal itu agak sulit dilakukan, karena sumber utama penyakitnya bukanlah dari fisiknya, namun dari mentalnya (yang kebetulan ternyata mampu “menghancurkan” fisiknya pula). Segala prestasi yang telah dituai oleh beliau di masa lalu, akhirnya musnah semua. Bukan hanya untuk biaya pengobatannya yang cukup luar biasa, tapi kenangan akan kehebatannya ikut terkubur bersama ketidak-mampuannya untuk menanggung masalah (yang semestinya gak terlalu berat dan juga pasti ada solusinya) yang terjadi dalam kehidupannya.

Bercermin dari kejadian ini, gw cuman mau ingetin bahwa tidak ada gunanya berusaha menjadi No. 1 atau apapun yang sejenis itu, karena pada akhirnya, seperti kata pepatah lama, “Di Atas Langit Pasti Akan Selalu Ada Langit”. Seperti kata Master Tsing Yun, “Berbahagialah Menjadi Nomer Dua”, karena menurut beliau, toh hidup kita masih berarti (dan juga berguna buat orang lain) koq meski kita hanya nomer dua. Lagipula dengan prinsip nomer dua, hidup kita juga akan jauh lebih damai karena tujuan hidup kita bukan lagi untuk “kemenangan” melainkan “kebahagiaan”, kebahagiaan mana bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi semua di sekeliling kita (terlebih lagi kalo anda pernah nonton biopic kungfu master Huo Yen Zhia (yang diperankan dgn sangat apik oleh superstar kungfu Jet Lee) dalam film “FEARLESS”, di situ digambarkan dengan sangat jelas bahwa menjadi nomer satu itu gak ada gunanya, karena “di atas langit pasti akan slalu ada langit”).

Intinya, dengan kita menganggap diri kita nomer satu, secara manusiawi kita akan cenderung memiliki kesombongan baru yang belum tentu kita mampu sadari dan juga kita rasakan. Hidup kita pun belum tentu menjadi damai, karena suatu saat pasti akan ada muncul “saingan” baru, maka praktis itu akan menggelitik “daya saing kita” (alias EGO kita), hahaha... Dan seperti Hou Yen Zhia (waktu sebelum sadar dari kebodohannya), kita akan terus menerus “bertempur” sampai (menurut kita) tidak ada orang lagi yang sanggup mengalahkan kita. Nah, daripada buang waktu dan energi kita untuk mempertahankan status nomer 1 (satu) kita itu, alangkah indahnya bila kita belajar dan berjuang untuk menaklukkan diri kita sendiri, agar terbebas dari keserakahan, kebencian dan juga kebodohan batin (seperti yang telah diajarkan oleh guru BUDDHA kepada kita 2500 tahun yang lampau).

Damai di Setiap Langkah
Judul ini emang gw ambil dari salah satu buku indah karya Bhiksu Thin Nath Hanh, tapi gw bukan mau urain isi buku indah itu. Gw cuman pengen share soal artikel gw yang “BIG, SEXY & HAPPY” itu, hehehe... Sesungguhnya masalah gw jauh lebih kompleks dari sekedar menjadi endut, hihihi... Intinya, begitu banyak masalah yang terjadi dalam kehidupan gw (anda bisa liat dari artikel2x gw yang terdahulu), sempet membuat gw tumbuh dan berkembang jadi pribadi yang minder. Dan konyolnya, belum lagi masa minder itu usai, my doraemon’s size came into my life, hahaha... So komplitlah “masa-masa luthu” itu, hahaha... Gak munafik, dulu gw sempet “marah” koq dengan masa2x itu, tapi sekarang gw sangat bersyukur karena gw dapet anugerah seperti itu (blessing in disguise), sebab dengan demikian gw dapet pelajaran hidup yang indah dan sekaligus berharga yaitu “Rasa Syukur & Kesabaran”.

So guys, akan selalu ada pelajaran berharga yang hadir di dalam kehidupan, meski itu hal terburuk sekalipun, karena pada akhirnya hidup terlalu berharga untuk kita tangisi. Semua kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita, adalah alat penghancur terbaik bagi batu karang ego kita, sehingga kita dapat segera menemukan permata terindah dalam batin kita, yaitu benih-benih kebajikan (kebuddhaan) kita.

Semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat buat kita semua, termasuk bagi gw pribadi. Selamat berbuat kebajikan dan semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia, Svaha.


Dipersembahkan dengan penuh mudita
Untuk pribadi2x yang penuh cinta

Wedy

(Artikel ini adalah postingan dari Facebook sahabat saya *Wedyanto Hanggoro*..bagi Anda yang ingin bertanya lebih lanjut mengenai artikel ini dapat men-search namanya Anda langsung terhubung dengan *Facebook Wedyanto Hanggoro*..thank you..◕ ‿ ◕)

Untukmu, Orang Baik

by: Bhante Dip

Tak perlu lagi bertanya-tanya: mengapa orang baik bisa mati dengan cara yang mengenaskan...???

Tak ada yang aneh dengan setiap fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, apakah yang mengerikan, yang mengharubirukan, yang menghentak ataupun yang melenakan sang batin.....sesungguhnya, bahkan setiap orang PERNAH mengalami semua fenomena itu...yang ditandai bahwa setiap orang MEMILIKI INSTING YANG SAMA, yaitu akan menyelamatkan diri - menghindar dari amukan api yang sedang melahap kediamannya.......Demikianlah, SEMUA FENOMENA AKAN TERJADI DENGAN SEBAGAIMANA ADANYA, tinggal sejauhmana usaha manusia dalam memanfaatkan hidupnya, agar tidak terjebak terlahir kembali dalam alam neraka ataupun alam-alam yang menyedihkan lainnya.

Wahai orang baik, juga bukan karena didorong oleh insting semata, emosi sesaat itu membuat luka yang terpendam dalam batinmu.... amat disayangkan jika kita sudah bisa membantu kesusahan orang lain, namun malah menggenggam erat-erat kejahatan yang diperbuat oleh orang lain.....sekali lagi, ini adalah fenomena, bahwa sebab 'kelemahan sekecil apapun' akan bisa memberi jalan masuk bagi munculnya sebab penderitaan yang lain....Demikianlah, setiap makhluk mewarisi perbuatannya masing-masing, baik atau pun buruk.

Wahai orang baik, tugas kita selanjutnya adalah menyempurnakan kebaikan, mari kita gunakan kunci rahasia pembuka fenomena hidup itu, agar kita dapat segera terbebas dari segala beban - karena tak melekat pada perbuatan sendiri ataupun terpengaruhi oleh perbuatan orang lain, baik atau buruk...kita harus senantiasa berlatih - menyadari bahwa hidup hanyalah suatu 'proses' yang kita harus lalui dan lampaui dengan ketenangan dan kebahagiaan.........."semoga terbukalah tabir gembok sang ego yang menjadi sumber penyebabnya"......Demikianlah, setiap makhluk akan terlindung oleh karmanya sendiri.

Selamat jalan wahai orang baik, teruslah berkarya dan berbakti...jangan tercengang terlalu lama karena adanya perubahan..kematianmu memang nyata ada dan telah dinyatakan dalam jatah hidup yang tidak lama.. mari gandeng tangan ini, karena KESADARAN kita memang harus bisa keluar dari rumah yang beratap kemelekatan dan berdinding ketidaktahuan ini (seperti rumah yang tak memiliki pintu dan jendela/samsara), dan untuk tujuan itu, mari kita lakukan secara bersama-sama.

Rabu, 13 Januari 2010

3 HAL DALAM HIDUP

3 hal dalam hidup
3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^

Time is free but it's priceless, u can't own it but u can use it. U can't keep it but u can spend it =)

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah^^

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya^^


3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.

Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.

Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita^^

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan^^


3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.

Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan^^

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more^^

Life And Success

Senin, 04 Januari 2010
Life And Success
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.
Ibu menjawab: “Mengapa?
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.
Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?
Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana .
Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”
Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

Bosan?

Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu :”Sebenarnya apa itu perasaan ‘bosan’, pak tua?”

Pak Tua :
“Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu.”

Tamu :”Kenapa kita merasa bosan?”

Pak Tua :”Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki.”

Tamu :”Bagaimana menghilangkan kebosanan?”

Pak Tua : “Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya.”

Tamu :”Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?”

Pak Tua:”Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?”

Tamu :”Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua.”

Pak Tua :”Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang.”

Tamu: “Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?”

Pak Tua :
“Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya.”

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu :”Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?”

Pak Tua :”Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan.”

Tamu :”Contohnya? “

Pak Tua :”Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu.”

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu :

“Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain
sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi.
Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?”

Sambil tersenyum Pak Tua berkata:

“Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria.”