Sabtu, 26 Desember 2009

Ajahn Brahm dikucilkan karena melakukan penahbisan Bhikkhuni di Australia.

Buddhis Channel, 5 November 2009

Kuala Lumpur, Malaysia – Kamis, 22 Oktober 2009, Saudari Vayama, Nirodha, Seri dan Hassapanna (Baca Hassapannya) ditahbiskan sebagai Bhikkhuni Therawada dengan upacara dua kali penahbisan (dual ordination) yang dilakukan di Wihara Bodhinyana Buddhist, Perth – Australia Barat.

Ayya Tathaaloka dari United States sebagai guru pembimbing, Ajahn Brahm dan Ajahn Sujato melakukan pengesahan acariya chanting pada sesi upacara bhikkhu.

Penahbisan Bhikkhuni Therawada di Australia sepenuhnya didukung oleh komunitas umat Buddhis Australia.

Akan tetapi, tak satu pun dukungan datang dari bhikkhu Barat di Eropa yang menjalin hubungan dengan Thailand. Tentu saja para tokoh bhikkhu Barat, bersama-sama dengan para bhikkhu Barat di Thailand secara formal meminta Ajahn Brahm untuk dikucilkan dari Wat Pah Pong, wihara tempat Ajahn Brahm berlatih di bawah pimpinan Ajahn Chah.

Setelah diskusi yang cukup alot, Ajahn Brahm disomasi (ditegur) di dalam sebuah pertemuan di Thailand pada hari Minggu tanggal 1 November. Dia diberikan pilihan untuk membuat pernyataan publik bahwa penahbisan itu tidak sah atau dikucilkan dari komunitas Wat Pah Pong.

Ajahn Brahm menolak mengakui kesalahan, ia tidak ingin mengingkari prosedur penahbisan yang sah menurut winaya (aturan monastik yang ditetapkan oleh Buddha), ia juga tidak ingin menentang harapan Perkumpulan Sanggha Australia (Australian Sangha Association)dan ribuan umat Buddhis dari penjuru dunia yang mendukung secara penuh integritas para perempuan di dalam Buddhisme Therawada.

Di banyak opini masyarakat, hari itu adalah hari yang memprihatinkan ketika para bhikkhu yang memiliki keyakinan pada penahbisan tidak bersuara untuk mendukung tindakan berani Ajahn Brahm. Malahan, sekumpulan para bhikkhu di Wat Pah Pong yang kurang memiliki aturan dasar monastik yang ditetapkan oleh Buddha, menggunakan pengucilan sebagai pengawasan yang mengesankan dan untuk menjaga “tradisi”.

Bagaimanapun, dukungan untuk Ajahn Brahm dari seluruh dunia terus bertambah, termasuk yang mulia Bhikkhu Bodhi (Ven.Bhikkhu Bodhi), penerjemah sutta-sutta Buddha – Majjhima Nikaya, dan penulis buku “The Buddha’s Words”, serta banyak pengikutnya di Singapura, para anggota dari Buddhist Fellowship. (Sati)

1 komentar:

  1. demi sebuah nilai tradisi
    dilestarikan atau disesuaikan?

    hehehehe
    by
    Jayasena

    BalasHapus