Sabtu, 26 Desember 2009

Benarkah Aku Beragama Buddha

Benarkah anda beragama Buddha ? Sebuah pertanyaan ringan, tapi sulit untuk dijawab dengan cepat, seperti kita menjawab pertanyaan berapa 2 x 2 ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita memerlukan waktu untuk mengadakan perenungan dan intropeksi pada diri kita sendiri.

Banyak orang mengaku sebagai umat Buddha, tapi banyak pula yang belum mengetahui Dhamma yang diajarkan Sang Buddha guru junjungan kita. Banyak di antara mereka yang sering datang ke vihara hanya untuk bermain-main atau hanya sekedar ingin bertemu dengan kawan-kawannya yang berasal dari sekolah lain. Apakah ini yang dinamakan bhakti dan sembah sujud kita kepada Sang Buddha selaku umat Buddha ?

Dari ucapan seseorang kita dapat mengetahui kepribadian dan paham yang mereka anut. Alangkah sayangnya, jika seseorang diajak menyelesaikan suatu masalah mereka menjawab dengan jawaban yang tidak pernah ada didalam ajaran oleh Sang Buddha. Tak jarang pula diantara mereka yang mengaku sebagai umat Buddha , tapi sewaktu ditanya masalah Dhamma mereka memberikan suatu jawaban yang jawabannya tidak pernah diajarkan oleh Sang Buddha. Mereka sering mencampuradukkan istilah istilah yang ada di dalam agama lain kedalam agama Buddha.

Sebagai contoh, manusia setelah mati, sebelum dia masuk atau ditentuan masuk ke nereka atau ke surga, ia akan mengalami pengadilan untuk menimbang beratnya perbuatan baik-jeleknya selama hidup sebagai manusia. Pengertian ini tidak pernah ada didalam ajaran Sang Buddha. Kammanyalah yang menentukan seseorang itu dapat masuk ke surga, jika sering berbuat jahat (Akusala kamma) maka ia akan dilahirkan di alam neraka atau alam yang menyedihkan lainnya.

Hukum kamma tau yang lajim disebut hukum sebab-akibat, yaitu hukum alam yang mengatur segala sesuatu tindakan baik yang dilakukan oleh badan jasmani, ucapan dan pikiran yang akan membawa hasil. Dan hasil yang berupa akibat atau buah dari perbuatan kita itu akan buruk, jika kita melakukan perbuatan jahat. Dan akan berbuah dengan baik, jika kita melakukan perbuatan baik. Semua hasil perbuatan ini, baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, kita sendiri yang harus menerimanya.

Mereka yang belum mengerti tentang Dhamma, tidak mau mengakui adannya hukum kamma ini, dan bahkan ada yang mempunyai anggapan bahwa perbuatan jelek atau kesalahannya itu dapat ditembus dengan mengadakan upacara sembahyang atau yang sering disebut dengan istilah pengampunan dosa. Kesalahan- kesalahan seperti diatas amat merugikan kita. Apalagi yang mengajukan pertanyaan itu adalah umat dari agama lain yang ingin mengetahui atau ingin mempelajari Dhamma Sang Buddha.

Sebab jika kita memberikan penjelasan yang salah, mereka juga akan memberikan jawaban yang salah jika ditanya oleh orang lain. Jika mereka sampai tahu bahwa apa yang kita katakan itu salah, maka mungkin saja mereka akan mencemoohkan kita dan akan mengejek atau menyebut kita dengan "Umat Buddha KTP" atau "Umat Buddha Statistik"

Atau bahkan mereka mengatakan "Pura-pura beragama supaya tidak dianggap komunis:, sebab di negara Indonesia kita ini semua orang wajib beragama. Ucapan tanpa tindakan tiadalah berarti. Ibarat intan permata yang indak namun tidak memancarkan sinar karena tidak pernah diasah.

Begitulah dengan kita, jika kita mengetahui dengan mengaku sebagai umat Buddha, maka kita yach.. mau tidak mau harus belajar Dhamma dengan baik. Tak cukup hanya belajar tanpa mau mempraktekkannya didalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sebagai seorang umat Buddha yang baik. Dari tingkah laku dan tindakan kita yang mencerminkan sebagai umat Buddha yang baik, maka masyarakat disekitar kita akan mengetahui dan mengakui bahwa agama Buddha adalah agama yang besar.

Alangkah baiknya, jika kita hidup ditengah tengah masyarakat yang bebas dari cemohan ataupun menjelek-jelekan agama kita karena tingkah laku kita sendiri. Dengan demikian kita ikut menciptakan suasana rukun, tentram, dan damai diantara kita, sehingga akan terbina suatu masyarakat yang penuh toleransi dan rasa saling menghormati.

Pelajarilah Dhamma! Jika suara hatimu mengatakan "Aku umat Buddha atau aku siswa Sang Buddha", tunjukkan dengan ucapan dan perbuatan yang benar (yang sesuai dengan Dhamma Sang Buddha). Kita perlu membuktikan melalui ucapan dan perbuatan kita agar kita diakui dimasyarakat sebagai umat Buddha yang baik, bukan sebagai umat Buddha KTP.

Sekali lagi pelajarilah Dhamma, jika engkau memang siswa Sang Buddha dan praktekkanlah dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya Anda akan hidup bahagia lahir dan bathin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar