Sabtu, 26 Desember 2009

The Free World

Selama beberapa minggu, seorang rekan bhikkhu mengajar meditasi di sebuah penjara baru dengan keamanan yang sangat ketat dekat Perth. Sekelompok kecil napi telah datang dan belajar dari si bhikkhu secara rutin. Di akhir sebuah session, mereka bertanya mengenai rutinitasnya di vihara Buddhis.

“Kami harus bangun jam 4 pagi setiap hari,” katanya. “Kadang-kadang terasa sangat dingin karena kamar kami yang kecil tidak mempunyai penghangat ruangan. Kami makan hanya satu kali sehari, semuanya diaduk jadi satu dalam mangkok. Siang hari dan malam hari kami tidak makan makanan apapun.

Dan tentu saja, tidak boleh berhubungan seks ataupun minum minuman beralkohol. Kami juga tidak punya televisi, radio ataupun musik. Kami tidak pernah nonton film, juga tidak bermain sport. Kami berbicara sedikit, bekerja keras dan menghabiskan waktu luang dengan duduk bersila memperhatikan nafas. Kami tidur di atas lantai.”

Para napi kaget mengetahui kesederhanaan kehidupan kami yang begitu hambar. Kalau diperbandingkan, itu membuat penjara super ketat mereka seperti sebuah hotel berbintang lima. Bahkan, seorang dari napi begitu tergerak dalam simpatinya atas kemalangan si bhikkhu sahabatnya ini sampai dia lupa di mana dia berada dan berkata: “Tinggal di viharamu begitu tidak menyenangkan. Kenapa kamu tidak pindah ke sini dan tinggal bersama kami saja?”

Si bhikkhu bercerita kepada saya, semua yang ada di ruangan tertawa terbahak-bahak. Begitu juga saya. Lalu saya mulai merenungkannya dengan mendalam.

Memang benar vihara saya jauh lebih sederhana daripada penjara terketat untuk para kriminal, namun banyak yang datang dengan keinginan sendiri dan bahagia di sini. Sementara begitu banyak yang mencoba kabur dari penjara yang lebih nyaman dan tidak merasa bahagia di sana. Mengapa?

Itu karena, di vihara saya, penghuninya ingin berada di sana; di penjara, penghuninya tidak ingin berada di sana. Itu bedanya…

Saat anda tidak ingin berada di suatu tempat, di manapun itu, senyaman apapun, adalah sebuah penjara untuk anda. Inilah arti sesungguhnya dari kata “penjara” –di situasi di mana anda tidak ingin berada. Kalau anda memiliki pekerjaan yang tidak anda inginkan, maka anda berada di penjara. Apabila anda ada di sebuah hubungan yang tidak anda inginkan, anda berada dalam penjara. Kalau anda sedang sakit dan terperangkap di dalam tubuh yang menyakitkan yang tidak anda inginkan, itu juga penjara buat anda. Penjara adalah berada di sebuah kondisi yang tidak anda inginkan.

Lalu bagaimana caranya untuk dapat bebas dari penjara-penjara dalam kehidupan? Gampang. Ubahlah persepsi anda mengenai situasi yang sekarang menjadi “ingin berada di sana”. Walaupun berada di San Quentin (sebuah penjara tempat hukuman mati), atau yang sedikit lebih bagus, vihara saya, kalau anda ingin berada di sana, maka itu tidak lagi menjadi penjara anda. Dengan mengubah persepsi anda terhadap pekerjaan, hubungan ataupun penyakit fisik dan dengan menerima suatu situasi, bukannya melekat pada sebuah keinginan, maka itu tidak lagi terasa seperti sebuah penjara. Saat anda damai dan puas berada di sana, maka anda telah merdeka.

Kemerdekaan adalah merasa puas di manapun anda berada. Penjara adalah menginginkan berada di tempat lain. Dunia yang merdeka adalah sebuah dunia yang dialami orang seseorang yg puas / damai. Kemerdekaan yang nyata adalah kemerdekaan dari segala nafsu, sama sekali bukan kemerdekaan dengan memuaskan nafsu.

Catatan penterjemah:

Yang dimaksudkan Ajahn Brahm di sini, bukan berarti kita harus melepas ambisi dan melupakan cita-cita kita, namun lebih kepada bagaimana sikap mental kita pada kondisi saat ini yang sedang anda hadapi. Melekat pada keinginan untuk berada “di sana” hanya akan menyiksa anda. Hiduplah di sini, saat ini. Anda akan merasakan kedamaian…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar